Rabu, 28 Maret 2012


Puasa
 

Pengantar
Saat ini, saudara-saudara kita yang beragama Islam tengah melakukan salah satu rukun Islam, yaitu puasa
 (1) , menyambut datangnya hari Idul Fitri.
Bagi umat Katolik, biasanya puasa atau pantangan (yaitu tidak melakukan atau makan dan minum sesuatu yang disukainya) dilakukan pada Masa Raya Paskah, yang berlangsung selama 40 hari. Masa ini dimulai dari Hari Rabu Abu, sebelum hari Minggu Sengsara I.
Sementara itu, bagi orang Kristen, puasa bukanlah sesuatu yang asing sebenarnya, sekalipun ada gereja-gereja yang tidak mengharuskan warga jemaatnya untuk berpuasa. Hal ini disebabkan karena belum adanya pemahaman yang utuh tentang puasa, sehingga seringkali muncul pertanyaan sbb: Mengapa kita sebagai orang Kristen tidak (mengharuskan) mempraktikkan puasa? Kalau ada yang mau berpuasa, apa saja yang harus dilakukan dan berapa lama waktunya?
Pertanyaan-pertanyaan inilah yang biasanya mengemuka dalam hidup keseharian dan akan dibahas bersama dalam Buletin Pembinaan edisi ke-7 ini. Pokok bahasan ini pernah disampaikan dalam Pemahaman Alkitab Jemaat pada bulan Maret yang lalu.

Praktik Puasa dalam Perjanjian Lama
Berpuasa dalam Alkitab pada umumnya berarti tidak makan dan tidak minum selama waktu tertentu (band. Est. 4:16; Kel. 34:28 – tidak makan dan minum), bukan melulu menjauhkan diri dari beberapa makanan tertentu. Dalam PL, hanya ada satu praktik puasa yang ditentukan, yaitu pada saat hari Pendamaian (hari pengampunan dosa – Im 16; 23:26-32). Saat itu, seluruh bangsa Israel merayakan hari itu dengan berpuasa dan beristirahat.
Sementara pada bagian-bagian lainnya, praktik puasa ini tidak jelas asal perintahnya. Misalnya dalam 1 Sam. 7:6 ketika Israel menghadapi Filistin, mereka mengaku dosa dan berpuasa. Ketika Nehemia mendengar situasi Yerusalem, ia berdoa dan berpuasa (Neh.1:4). Yoel menyuruh umat bertobat dan berpuasa (Yl. 2:12).
Puasa ini kadang-kadang bersifat perseorangan (mis: 2 Sam. 12:22) dan kadang-kadang bersama (Hak. 20:26; Yl. 1:14). Selain kewajiban hukum agama, biasanya ada dua alasan seseorang atau sekelompok orang berpuasa, yaitu: bukti lahiriah dukacita (1 Sam. 31:13; Est. 4:3; Mzm. 35:13-14) dan pernyataan pertobatan (1 Sam. 7:6; 1 Raj. 21:27; Dan. 9:3-4; Yun. 3:5-8
 
(2) ). Berpuasa juga kerap kali dilakukan dengan tujuan memperoleh bimbingan dan pertolongan Allah (Kel. 34:28; 2 Sam, 12:16-23; 2 Taw. 20:3-4; Ezr. 8:21-23). Ada juga orang yang berpuasa demi orang lain (Ezr. 10:6; Est. 4:15-17).
Dalam praktik puasa, ada orang yang berpikir bahwa tindakannya itu dengan sendirinya menjamin bahwa Allah akan mendengar (baca: mengabulkan) permintaannya (Yes. 58:3-4). Untuk menentang ini para nabi menyatakan bahwa tanpa kelakuan yang benar, tindakan berpuasa adalah sia-sia (Yes. 58:5-12; Yer. 14:11-12; Za. 7 – puasa disebut juga pantang). Di sini kita dapat melihat bahwa puasa juga merupakan suatu bentuk ibadah dan para nabi hendak meletakkan praktik puasa pada konsep ibadah yang benar: bukan untuk membenarkan atau keuntungan diri sendiri, tapi bagaimana ibadah itu ditampakkan dalam hidup sehari-hari: berbuat adil, memperhatikan janda dan anak yatim dsb.

Kesimpulan sementara: praktik puasa dalam PL merupakan suatu kewajiban hanya pada saat hari raya Pendamaian, sementara lainnya dilakukan pada saat berduka, pernyataan pertobatan atau memohon pertolongan Allah. Praktik puasa ini sebenarnya dilakukan dalam relasi antara manusia dengan Tuhan. Namun, yang juga tidak boleh dilupakan adalah relasi dengan Tuhan itu harus berdampak positif dalam relasi dengan sesama (mis: berlaku adil, mengasihi mereka yang menderita dsb.)

Praktik Puasa dalam Perjanjian Baru
Puasa juga dipraktikkan dalam PB, a.l: orang Yahudi (Hana, yang mungkin berpuasa secara rutin, Luk. 2:37)
, termasuk orang Farisi (beberapa orang Farisi secara ketat melakukan puasa dua kali seminggu, yaitu pada Senin dan Kamis, lih. Luk. 18:12)(3).
Yesus hanya sekali tercatat berpuasa dengan tidak makan dan minum selama 40 hari lamanya (Mat. 4:2) sebagai persiapan menghadapi godaan dan ujian. Sekalipun demikian, praktik puasa ini tidak diperintahkan kepada murid-murid-Nya dan juga para pendengar-Nya. Bukan berarti Yesus menolak praktik puasa, karena toh, Ia mengajar para pendengar-Nya supaya jika mereka berpuasa, mereka berhadapan dengan Allah bukan dengan manusia (Mat. 6:16-18).
Demikian pula ketika Yesus ditanyai, mengapa murid-murid-Nya tidak berpuasa, seperti murid-murid Yohanes Pembaptis dan orang-orang Farisi yang nyata-nyata berpuasa, dalam jawaban-Nya Ia tidak menolak puasa, tapi menerangkan bahwa puasa baru akan mereka lakukan bila Yesus telah pergi (Mrk. 2:20). Jadi, puasa menurut Yesus bukan lagi hukum agama tetapi kebutuhan penyiapan batin secara khusus bila bertobat dan diperlukan dalam menghadapi masalah khusus seperti kepergian-Nya atau dalam memerangi setan (Mat. 17:21; Mrk. 9:29).
Yesus tidak membenarkan orang Farisi yang menjalankan hukum agama, termasuk berpuasa, yang melakukannya dengan sombong, tetapi Ia membenarkan pemungut cukai yang kelihatannya tidak menjalankan puasa tetapi memiliki sikap hati yang benar di hadapan Allah (Luk. 18:9-14). Dalam Kisah Para Rasul, para pemimpin jemaat berpuasa sebelum mereka memilih utusan Injil (13:2-3) dan tua-tua (14:23). Hal ini menandakan, di dalam gereja mula-mula berkembang kepercayaan akan nilai lebih dari praktik berpuasa.

Kesimpulan sementara: dalam PB, praktik puasa juga dikenal. Namun, ada kecenderungan orang-orang yang berpuasa memiliki motivasi yang salah. Oleh karena itulah, Tuhan Yesus memaknai puasa sebagai penyiapan batin secara khusus dalam menghadapi situasi yang khusus pula. Itu pula yang dilakukan oleh jemaat mula-mula ketika mereka memilih utusan Injil dan mengangkat para penatua.

Puasa dan Hukum Agama
Dapat dikatakan bahwa puasa merupakan suatu ibadah. Mengapa dikatakan ibadah? Karena di dalamnya terkandung relasi yang intim antara orang yang berpuasa dengan Allah. Ada orang yang berpuasa sebagai pernyataan pertobatannya. Ada juga orang yang berpuasa karena berduka cita (sikap hati yang memandang kuasa Allah). Ada juga orang yang berpuasa sebagai persiapan diri menghadapi suatu tugas khusus (dari Allah). Karena puasa merupakan suatu ibadah, maka pelaksanaannya tidaklah dapat dipaksakan. Relasi dengan Allah adalah soal keyakinan pribadi dan tidak ada seorang pun yang dapat mengganggu gugat hal itu.
Demikian pula dalam PL maupun PB, secara umum puasa bukan merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh umat. Namun, orang-orang Yahudi pasca pembuangan memahami bahwa pengalaman pembuangan ke Babel merupakan akibat kegagalan mereka dalam menjalankan Hukum Taurat dengan baik. Oleh karena itulah, mereka (baca: para ahli Taurat dan pemimpin agama lainnya) kemudian menetapkan Taurat dan hukum-hukum tafsirannya untuk dilaksanakan dengan ketat, termasuk berpuasa. Itulah sebabnya, orang-orang Farisi
 
(4) pada zaman Tuhan Yesus mempertanyakan para murid Yesus yang tidak berpuasa (Luk. 5:33)(5).
Namun permasalahannya adalah, jika puasa itu adalah ibadah apakah puasa perlu dilegalkan atau diwajibkan dalam hukum agama? Jika demikian kenyataannya, berarti relasi manusia dengan Allah adalah sesuatu yang dapat (bahkan harus) dipaksakan. Dari Alkitab, kita dapat melihat sejumlah catatan bahwa ketika puasa dijadikan hukum agama, maka makna puasa cenderung merosot sekadar suatu legalisme agama dalam bentuk syariat lahir tanpa isi, bahkan ada yang dilakukan sebagai suatu kesombongan diri.
Yesaya dengan jelas memberitahukan umat Israel (Yes. 58) bahwa orang bisa saja tidak melakukan puasa lahir, tetapi yang harus dilakukan adalah melakukan puasa batin, yaitu berpuasa dari kelaliman, menganiaya dan memperbudak orang. Berpuasa dari mengenyangkan diri sendiri menjadi memberi makan orang lapar, tidak punya rumah, dan yang telanjang (band. Mat. 25:31-46). Jadi, puasa itu pada dirinya sendiri tidak memiliki arti bila bukan merupakan ungkapan hati yang bertobat dan merendahkan diri di hadapan Allah.

Orang Kristen dan Puasa
Teladan yang sempurna bagi orang Kristen adalah hidup Yesus Kristus sendiri. Kalau begitu pernyataannya, apakah jika Yesus berpuasa, maka orang Kristen pun harus berpuasa? Pertanyaan ini memiliki konsekuensi yang tidak kecil. Jika memang apa-apa yang dilakukan Yesus adalah standar hidup yang juga harus dilakukan oleh orang Kristen, maka kita jangan berhenti hanya pada soal puasa. Tuhan Yesus menjalani kehidupan-Nya di dunia ini dalam rangka melaksanakan misi Allah. Untuk itu, Ia rela menjalani realitas penderitaan ketika akan disalib. Bahkan sebelumnya, Ia pun menunjukkan kehadiran Kerajaan Allah dengan memberi perhatian kepada orang-orang yang seringkali dipinggirkan dan tidak mendapat tempat dalam masyarakat, seperti: anak, perempuan, orang-orang berdosa, orang kafir, orang sakit dsb. Itu artinya, keseluruhan hidup Yesus adalah cerminan dari kehendak Allah: keadilan, kebenaran, kasih setia dan damai sejahtera. Jadi, kehidupan orang Kristen pun seharusnya meneladani kehidupan Yesus yang demikian.
Selain itu, marilah kita lihat lebih jauh pada apa yang dikatakan Alkitab tentang kehidupan Yesus. Perlu disadari bahwa penebusan Yesus di atas kayu salib telah menggenapi Hukum Taurat (PL) yang bergantung pada usaha manusia menyelamatkan diri sendiri dengan melakukan hukum agama secara ketat (sunat, korban, sabat, puasa, halal-haram dll), menjadi kasih karunia Allah yang diberikan kepada setiap orang yang percaya dan bertobat (Yoh. 3:16; Ef. 2:8-10). Karunia Allah ini menjadi sempurna dengan datangnya Roh Kudus yang akan menguatkan dan mendiami umat percaya yang digenapi pada hari Pentakosta (Kis. 2).
Jadi, kalau begitu apakah orang Kristen perlu menjalankan puasa? Berdasarkan pembahasan di atas, jawabannya adalah tidak dan ya. Orang Kristen tidak menjalankan puasa sebagai hukum agama ritual pada waktu-waktu tertentu yang ditetapkan, dan bisa saja puasa dilakukan sewaktu-waktu dengan sungguh-sungguh atas kemauannya sendiri
 
(6).Hal yang perlu diingat bahwa puasa adalah lambang hati yang bertobat dan merendahkan diri di hadapan Allah (7) . Dan sebagaimana halnya lambang, lambang tidak berarti bila yang dilambangkan (d.h.i pertobatan dan perendahan diri) tidak ada. Sebaliknya tanpa lambang juga tidak menjadi soal selama yang dilambangkan itu ada, sebab inilah hakekat puasa yang sebenarnya.

Kesimpulan

a. Puasa adalah ibadah (atau sebentuk disiplin spritual) guna menguasai nafsu kedagingan (“menyangkal diri”), sehingga kita lebih dapat peka dengan kehadiran Tuhan, lebih dekat dengan Dia.
b. Ada dua bentuk puasa yang bisa dilakukan, yaitu puasa lahir yang dilakukan secara periodik (dengan cara pantang makan-minum serta pantang melakukan hal-hal yang disukai) dan puasa batin yang dilakukan secara berkelanjutan (dengan cara pantang melakukan kelaliman, ketidakadilan, kekerasan, ketamakan dsb.).
c. Puasa adalah panggilan, bukan kewajiban. Karena itu puasa harus dilakukan dengan sukacita bukan karena terpaksa.
d. Puasa bukan ukuran kesalehan atau kerohanian seseorang. Orang yang menjalankan puasa tidak berarti dia lebih saleh atau lebih beriman dari mereka yang tidak berpuasa.
e. Puasa harus disertai dengan ketulusan hati; sebagai bagian dari ibadah kita kepada Tuhan. Karena itu jangan berpuasa demi mendapat pujian dari orang lain.
f. Puasa berkaitan dengan komitmen. Maka jenis dan bentuk berpuasa (mis. Pantang makanan; minum; dan berapa lamanya seseorang harus berpuasa) ditentukan oleh orang yang hendak berpuasa berdasarkan komitmen pribadinya dengan Tuhan; bukan ditentukan oleh aturan agama.
------------------------------------------------------------
1. Kata puasa berasal dari dua kata Sansekerta, yaitu: “upa” dan “wasa”. Upa adalah semacam prefiks yang artinya dekat, sedangkan wasa berarti Yang Maha Kuasa. Jadi upawasa, atau yang biasa dilafalkan puasa, merupakan suatu cara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Puasa merupakan latihan mental untuk mengubah sikap dan kejiwaan manusia

2. Praktik puasa juga dikenal oleh bangsa lain di Timur Tengah, yaitu di Syria (Yun. 3:5-10). Rupa-rupanya puasa merupakan sebuah kebiasaan yang berlaku juga di daerah Timur Tengah.

3. Rupa-rupanya, pada zaman Tuhan Yesus – bahkan sebelumnya, puasa sudah dijadikan hukum agama Yahudi. Artinya adalah bahwa puasa adalah suatu kewajiban yang harus dipenuhi oleh orang-orang Yahudi.

4. Farisi adalah salah satu aliran dalam agama Yahudi yang berpegang teguh pada Hukum Taurat dan begitu gigih dalam melaksanakan Hukum Taurat dengan ketat.

5.Sebenarnya banyak pihak yang mempertanyakan hal ini, seperti: para murid Yohanes (Mat. 9:14) dan orang Yahudi kebanyakan (Mrk. 2:18).
6. Biasanya puasa dilakukan dengan melakukan pantang terhadap hal-hal yang disukai (bisa berupa makanan, kebiasaan spt: merokok, belanja dsb).

7.Hal ini perlu dicamkan karena ada orang yang berpuasa supaya keinginan dirinya terpenuhi.

Senin, 12 Maret 2012

KASIH YANG SEMULA


Kasih yang semula
Wahyu 2:1-7

I) Kasih yang semula.
1) Ini harus ada / pernah ada dalam diri orang kristen.
Dalam jemaat Efesus, kepada siapa bagian ini ditujukan (ay 1), hal ini terlihat dari:
    • tindakan mereka membakar buku-buku sihir (Kis 19:19-20).
    • kesedihan mereka waktu ditinggal oleh Paulus (Kis 20:36-38).
    • Ef 1:15 dimana Paulus berkata bahwa mereka mempunyai kasih kepada semua orang kudus. Ingat bahwa cinta terhadap Tuhan sangat berhubungan dengan cinta terhadap orang kudus (1Yoh 5:1 1Yoh 4:20-21).
2) Kasih yang semula ini tidak bisa diusahakan sendiri.
Pada saat percaya kepada Yesus, Roh Kudus memberikan buah Roh, yaitu kasih (Gal 5:22). Sebaliknya, kalau saudara tidak pernah sungguh-sungguh percaya kepada Yesus, jelas bahwa saudara tidak pernah mengalami kasih yang semula ini, dan ini tidak akan bisa saudara usahakan kecuali saudara mau datang dan percaya kepada Yesus.
II) Orang yang kehilangan kasih semula.
A) Hal-hal baik dalam hidup mereka:
1) Mereka masih tetap melayani Tuhan (ay 2a).
2) Mereka benci / tak dapat sabar terhadap orang jahat (ay 2b).
NIV: ‘you cannot tolerate wicked men’ (= kamu tidak bisa menoleransi orang-orang jahat).
Tyndale:
"While love is the typical Christian attitude, love for the good carries with it a corresponding hatred for what is wrong" (= Sekalipun kasih adalah sikap kristen yang khas, kasih terhadap yang baik membawa hal yang cocok dengannya yaitu kebencian terhadap apa yang salah).
Hailey:
"This attitude toward evil men is commendable; if they will not be transformed, let them be tranferred" (= Sikap terhadap orang-orang jahat ini patut dipuji; jika mereka tidak mau diubah, biarlah mereka dipindahkan).
3) Mereka berhati-hati dengan ajaran yang mereka terima (ay 2b).
Paulus memang sudah pernah menubuatkan akan munculnya nabi-nabi palsu di Efesus (Kis 20:29). Mereka menanggapi nubuat Paulus ini dengan baik.
4) Mereka mau menderita untuk Tuhan dan mereka menderita dengan sabar (ay 3).
5) Mereka membenci perbuatan pengikut Nikolaus (ay 6).
Tentang apa yang dimaksud dengan ‘perbuatan pengikut Nikolaus’ ada bermacam-macam pandangan:
    • Irenaeus: mereka hidup dengan hawa nafsu yang tidak dikekang.
    • Clement of Alexandria: mirip dengan Irenaeus.
    • Pulpit Commentary: mereka menganggap diri di atas hukum, sehingga boleh berbuat apa saja.
Ini sama seperti orang yang salah gunakan kasih karunia Allah untuk melampiaskan hawa nafsu mereka (Yudas 4).
Hailey:
"The child of God who does not hate wickedness does not love righteous-ness" (= anak Allah yang tidak membenci kejahatan tidak mengasihi ke-benaran).
Perhatikan bahwa mereka membenci perbuatan pengikut Nikolaus, bukan membenci pengikut Nikolausnya sendiri. Ini sesuatu hal yang hebat!
B) Dari hal-hal ini kelihatannya mereka adalah orang yang hebat, tetapi mereka toh dikecam, karena kehilangan kasih yang semula (ay 4). Jadi sekalipun dari luar kelihatannya semua baik-baik, tetapi sebetulnya hati mereka sudah kehilangan kasih yang semula.
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
1) Pulpit Commentary:
"It is possible to hate what Christ hates without loving what he loves" (= Adalah mungkin untuk membenci apa yang Kristus benci (bdk. ay 6) tanpa mengasihi apa yang Ia kasihi).
Orang-orang Efesus ini membenci dosa, nabi palsu dsb, tetapi tidak lagi mengasihi Allah seperti semula.
2) Tentu saja kalau hal ini dibiarkan, maka keadaan pasti memburuk sehingga dari luarpun akan terlihat kalau saudara kehilangan kasih semula.
Pulpit Commentary:
"The outward forms may be perfect, zeal may be maintained, patience unwearied, orthodoxy untarnished; but if love - the soul’s secret energy - be impaired, time only is needed to bring the church to utter decay" (= hal-hal luar / lahiriah mungkin sempurna, semangat mungkin dipertahankan, kesabaran tidak pernah lelah, keorthodoxan tidak bercacat; tetapi kalau kasih - kekuatan rahasia dari jiwa - berkurang / rusak, hanya waktu yang dibutuhkan untuk membawa gereja pada kebusukan total).
Penerapan: Apakah saudara saat ini sedang mengasihi Tuhan dengan kasih yang semula? Atau dengan kasih yang sudah dingin?
Spurgeon mengatakan bahwa tidak ada orang kristen tidak pernah mengalami backsliding (= kemerosotan ke belakang). Tanda-tandanya: malas berdoa, malas mendengar / membaca / belajar Firman Tuhan, meremehkan dosa, kembalinya dosa-dosa lama yang tadinya sudah ditinggalkan, cinta dunia / uang, dsb.
III) Sikap Tuhan terhadap gereja itu.
1) Tuhan sedih / tidak senang.
Bahwa Tuhan begitu sedih / tidak senang kalau anakNya kehilangan kasih yang semula, digambarkan oleh nabi Yeremia dalam Yer 2:1-5.
Pernahkah saudara merasakan kesedihan / sakit hati karena pasangan saudara kehilangan kasih yang semula kepada saudara? Demikian juga Tuhan sakit hati / sedih kalau saudara kehilangan kasih yang semula kepada Dia!
2) Tuhan menegur / mengecam (ay 4).
Kalau baru dalamnya tanpa kasih semula, sudah ditegur seperti ini, apalagi kalau aktivitas luar sudah terpengaruh!
3) Tuhan mengancam (ay 5).
Perlu diperhatikan bahwa Tuhan bukan hanya mengecam tetapi juga mengancam gereja yang kehilangan kasih yang semula itu.
Kata-kata / ancaman ‘mengambil kaki dian dari tempatnya’ akan menyebabkan gereja itu tidak lagi bisa menyinarkan terang. Dengan kata lain gereja itu berhenti menjadi gereja di hadapan Tuhan!
Bagi Dia dari pada ada gereja yang tidak mempunyai kasih semula, lebih baik tidak ada gereja! Tuhan mempunyai motto: "Better nothing than something".
IV) Bagaimana kembali pada kasih yang semula?
1) Bandingkan keadaan dulu (pada waktu punya kasih semula) dan sekarang.
Ay 5: ‘Ingatlah, betapa dalamnya engkau telah jatuh’.
Saudara tidak akan bisa mengetahui betapa dalamnya saudara telah jatuh, kecuali saudara membandingkan keadaan dahulu (sebelum jatuh) dan keadaan sekarang (setelah jatuh).
Bandingkan:
    • damai / sukacita yang dahulu ada, tetapi sekarang lenyap.
    • kehidupan doa / saat teduh yang dahulu begitu manis, tetapi sekarang begitu hambar.
    • kerinduan saudara akan Firman Tuhan dan sukacita yang saudara alami dalam belajar Firman Tuhan yang dahulu begitu hebat, tetapi sekarang sudah sangat memudar.
    • semangat saudara dalam melayani Tuhan / mencari jiwa, yang dahulu begitu berkobar-kobar, tetapi sekarang sudah padam dan menjadi pelayanan yang hanya bersifat rutinitas.
2) Disuruh mengingat saat mulai kehilangan kasih semula.
Ay 5 (Lit): ‘Remember therefore whence thou hast fallen’ (= karena itu, ingatlah dari mana engkau telah jatuh).
Apa yang terjadi pada saat itu? Ada dosa? Ada allah lain? Ada kebencian / gegeran? Ada perzinahan? Kalau saudara tidak bisa mendiagnosa apa yang terjadi pada saat itu, yang menyebabkan saudara lalu kehilangan kasih yang semula, maka tentu saja saudara juga tidak bisa memperbaiki keadaan saudara!
3) Bertobat dan kembali ke jalan yang benar (ay 5).
Dalam bahasa Yunaninya kata ‘semula’ dalam ay 5 sama dengan kata ‘semula’ dalam ay 4. Jadi ay 5 ini menyuruh kita kembali pada kehidupan kita yang semula pada waktu kita mempunyai kasih yang semula.
Memang kehilangan kasih semula pasti disebabkan oleh dosa (aktif atau pasif), seperti:
    • ada kebencian
    • tidak menolong orang (1Yoh 3:17).
    • perzinahan.
    • cinta dunia (1Yoh 2:15).
    • tak beri persembahan yang seharusnya.
    • melalaikan persekutuan dengan Tuhan / saat teduh / doa.
    • melalaikan Pemahaman Alkitab / belajar Firman Tuhan.
    • berhenti pelayanan / memberitakan Injil.
Bertobatlah dari semua dosa-dosa itu!
4) Mendengar Firman Tuhan (ay 7a).
Kalimat ini muncul dalam ke 7 surat dalam Wah 2-3 ini, menunjukkan bahwa ini adalah sesuatu yang penting.
Mendengar dalam ay 7a berhubungan dengan menang dalam ay 7b. Jadi orang yang mau menang harus mau mendengar Firman Tuhan!
Bdk. Yak 1:19-20.
Maukah saudara melakukan hal-hal ini supaya kembali pada kasih yang semula?
- AMIN -

Kamis, 23 Februari 2012


Bagaimana Karakter Rohani Terbentuk

1.     Kemampuan yang hebat tidak berarti apa apa tanpa disertai karakter
2.     Karakter itu seperti pohon, sedangkan reputasi adalah bayangannnya. Bayangan hanyalah refleksi dari pohon, tetapi pohon itu adalah kenyataan yang sesungguhnya.
3.     Mengetahui tujuan kita jauh lebih penting daripada mengetahui seberapa cepat kita berada di sanYang mana yang Anda pilih dari kedua hal tersebut akan menunjukkan karakter Anda.
4.     Reputasi adalah apa yang orang lain lihat tentang kita, sedangkan karakter adalah apa yang Tuhan ketahui tentang kita
5.     Manusia itu seperti jendela kaca yang diberi warna. Ia akan berkilau dan bercahaya saat matahari bersinar, tetapi saat kegelapan datang, keindahan sejatinya akan nampak bila ada sinar terpancar dari dalam, sinar dari dalam itulah karakter Anda.
6.     Karakter seperti berlian, mampu menggores semua bebatuan lainnya
7.     Kehidupan itu adalah seperti batu pengasah atau api. Ia akan menghaluskan dan memurnikan kamu atau malah akan menghancurkan kamu tergantung pada kualitas diri kamu terbuat dari Jika Anda adalah manusia yang berkarakter rohani yang kuat, Anda pasti mampu dan tahan terhadap proses pengasahan itu.
8.     Menabur pemikiran akan menuai tindakan. Menabur tindakan akan menuai kebiasaan. Menabur kebiasaan akan menuai karakter. Menabur karakter akan menuai takdir.
9.     Kebiasaan baik tidak dibentuk pada saat kamu memulai tahun yang baru. Demikian juga dengan karakter. Ia tidak dibentuk pada saat kamu berulang tahun yang menandakan umurmu bertambah, tetapi justru dibentuk pada waktu-waktu yang anda lalui sehari hari. Karakter tidak terbentu seketika pada sebuah momentum, tetapi melalui proses waktu dalam keseharian kita.
10.   Karakter tidak dapat dibangun melalui kesenangan dan kemudahan. Hanya melalui pencobaan dan penderitaanlah, jiwa dapat dikuatkan, pandangan dapat dijernihkan, ambisi dapat dikobarkan, dan kesuksesan dapat diraih. Itulah yang kita sebut sekolah kehidupan, atau sekolah karakter.
11.   Karakter dibentuk dari keadaan. Dari bahan yang sama orang yang satu dapat membangun istana, sementara yang lainnya hanyalah membangun gubuk.
12.   Tidak ada yang patut dibanggakan dari seorang manusia selain dari karakternya
13.   Karaktermu akan terbentuk saat kamu mulai memikirkan apa yang dapat kamu lakukan dan berikan bagi kebaikan orang lain.
14.   Orang lain mungkin ragu ragu akan perkataanmu, tetapi mereka akan selalu percaya pada hasil kerjamu
15.   Ukuran terbaik untuk menentukan karakter adalah bagaimana ia memperlakukan orang yang tidak dapat memberikan apa apa kepadanya dan kepada orang yang tidak mampu melawannya
16.   Tidak ada yang lebih memperlihatkan kekuatan dan kebaikan jiwa seseorang saat ia dapat melupakan dendam dan berani mengampuni orang yang menyakitinya
17.   Ujian akhir bagi setiap pria sejati adalah bagaimana ia dapat menghargai mereka yang tidak bisa memberikan keuntungan apa pun bagi dirinya
18.   Ada empat macam karakter yang dimiliki orang. Pertama, yang kita tahu, orang lain juga tahu. Kedua, yang kita tahu, tetapi orang lain tidak tahu. Ketiga, yang kita tidak tahu, tetapi orang lain tahu, dan yang terakhir, yang kita tidak tahu, dan orang lain juga tidak tahu, hanya Tuhanlah yang tahu, pribadi yang paling mengenal apa adanya diri kita.
19.   Betapa banyak kegagalan dan kesulitan yang kita alami, itu semua akan membentuk karakter kita dan membuat kita menjadi semakin kuat.
20.   Kejujuran adalah batu penjuru dari karakter, jika tidak ditanam dengan baik saat masih muda, ia akan menjadi titik lemah untuk dasar karakter
21.   Hampir semua orang dapat manjadi bawahan. Untuk dapat mengetahui karakter seseorang, berilah kekuasaan kepadanya, dan lihat bagaimana ia menghadapinya.
22.  Karakter adalah kekuatan untuk bertahan dimasa sulit”. Tentu saja yang dimaksud adalah karakter yang baik, solid, dan sudah teruji.
23. Beberapa karakter yang dapat membawa keberhasilan yaitu :
1. Empati (mengasihi sesama seperti diri sendiri).
2. Tahan uji (tetap tabah dan ambil hikmah kehidupan, dengan cara bersyukur dalam keadaan apapun).
3. Beriman (percaya bahwa Tuhan terlibat dalam kehidupan kita).
Ketiga karakter tersebut akan memampukan kita untuk berhasil. Empati akan menghasilkan hubungan yang baik, tahan uji akan melahirkan ketekunan dan kualitas, beriman akan membuat segala sesuatu menjadi mungkin.

II. BAGAIMANA KARAKTER DIBENTUK
1. Dalam ujian
Tempat untuk berlatih karakter adalah ujian.
Ujian akan memperlihatkan karakter Anda. Karakter Anda adalah bagaimana Anda berespon terhadap ujian.
Karakter yang baik diketahui melalui ”Respon” yang benar ketika kita mengalami tekanan, tantangan & kesulitan.
Tidak ada kualitas yang tidak diuji.
Karakter yang berkualitas adalah sebuah respon yang sudah teruji berkali-kali dan telah berbuahkan kemenangan. Seseorang yang berkali-kali melewati kesulitan dengan kemenangan akan memiliki kualitas yang baik.
Jadi jika ingin berkualitas, tidak ada cara yang lebih ampuh kecuali ’ujian’. Ujian bisa berupa tantangan, tekanan, kesulitan, penderitaan, hal-hal yang tidak kita sukai. Dan jika kita berhasil melewatinya, bukan hanya sekali tapi berkali-kali maka kita akan memiliki kualitas tersebut.
2. Dipengaruhi oleh temperamen dasar kita (Dominance, Steadiness, Influence, Compliance).
Karakter berbeda dengan kepribadian dan temperamen.
-  Kepribadian adalah respon kita atau biasa disebut etika yang kita tunjukkan ketika berada di tengah-tengah orang banyak. Seperti cara berpakaian, berjabat tangan, berjalan atau bertingkah laku di hadapan orang lain.
-  Temperamen adalah sifat dasar kita yang dipengaruhi oleh kode genetika orang tua, kakek nenek, dan kakek buyut dan nenek buyut kita (3 generasi di atas kita).
-  Sedangkan karakter adalah respon kita ketika sedang ’di atas’ atau ditinggikan. Apakah kita putus asa, sombong, atau lupa diri. Bentuk respon itulah yang kita sebut karakter.
Temukan temperamen dasar kita. Saat ini sudah ada teknologi yang dapat mengetahui dengan cepat bagaimana karakter kita melalui ’Foto Karakter’. Kami telah menguji dan terus menghubungkannya dengan keakuratan yang cukup terbukti.
.
3.  Terbentuk oleh keyakinan kita (apa yang kita percayai, paradigma).
.
4.  Terbentuk melalui pendidikan (apa yang kita ketahui, wawasan kita).
.
5. Dipengaruhi oleh pengalaman hidup kita (apa yang telah kita alami, masa lalu kita, pola asuh, lingkungan). Karakter dibentuk, tidak diciptakan.
.
6. Dibangun melalui pola pikir kita
7. Dibangun melalui pembiasaan
Karakter Anda pada dasarnya adalah kumpulan dari kebiasaan Anda, maksudnya adalah bagaimana Anda biasanya bertindak.
8. Memerlukan mentor
Dibentuk artinya harus melalui proses. Memang benar ada karakter dasar yang memuat kekuatan dan kelebihan kita. Namun untuk mengembangkan karakter, diperlukan ’character coach’ atau ’character mentoring’. Kita tidak dapat bertumbuh sendiri dalam karakter yang baik. Perlu seorang pembina, coach, mentor yang mengarahkan dan memberitahukan kekeliruan dan kelemahan-kelemahan karakter kita.
Menurut survey Robert Clinton (Finishing Well), seseorang yang sanggup mengakhiri hidupnya dengan baik jika dia memiliki paling sedikit 8 mentor selama hidupnya. Oleh karena itu, carilah dan temukan mentor bagi karakter kita. Mulailah dengan seorang mentor kemudian temukan mentor-mentor yang lain. Maka karakter kita pasti akan bertumbuh dan berkembang baik.

9. Lingkungan pergaulan / komunitas
Kita hanya dapat dibentuk untuk memiliki karakter Kristus jika kita berada dalam lingkungan / komunitas , karena Tuhan sering menggunakan orang lain untuk membentuk karakter kita.
Tuhan menggunakan Firman-Nya, orang lain, dan keadaan untuk membentuk kita.
Ketiganya sangat diperlukan untuk pengembangan karakter.
Firman Tuhan memberikan kebenaran yang kita butuhkan untuk bertumbuh, umat Tuhan memberikan dukungan yang kita butuhkan untuk bertumbuh, dan keadaan menyediakan lingkungan untuk mempraktekkan karakter Kristus.
Jika Anda mempelajari dan menerapkan Firman Tuhan, Anda terhubung secara berkala dengan orang percaya lainnya, dan belajar mempercayai Tuhan dalam keadaan sulit, saya jamin Anda akan menjadi lebih seperti Yesus.
Banyak orang menganggap semua yang diperlukan untuk pertumbuhan rohani adalah pendalaman Alkitab dan doa. Tetapi beberapa masalah dalam hidup tidak akan pernah berubah dengan pendalaman Alkitab atau doa saja. Tuhan menggunakan orang.
Dia biasanya lebih suka bekerja melalui orang-orang daripada melakukan mukjizat, sehingga kita akan saling bergantung satu sama lain dalam persekutuan.
Dia ingin kita bertumbuh bersama.
Dalam banyak agama, orang-orang yang dianggap sebagai paling dewasa rohani dan suci adalah mereka yang mengisolasi diri dari orang lain dalam biara-biara di puncak gunung, tidak tercemari oleh kontak dengan orang lain.
Tapi ini adalah kesalahpahaman besar. Kedewasaan rohani bukanlah pengejaran hidup yang terpisah secara individu!
Anda tidak dapat bertumbuh dalam karakter Kristus dalam isolasi.
Anda harus berada di sekitar orang lain dan berinteraksi dengan mereka.
Anda perlu menjadi bagian dari sebuah gereja dan masyarakat.
Mengapa?
Karena kedewasaan rohani yang sejati adalah tentang belajar untuk mengasihi seperti Yesus, dan Anda tidak dapat berlatih menjadi seperti Yesus jika Anda
tidak berada dalam hubungan dengan orang lain.
Ingat, ini semua adalah tentang kasih, mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama.
Amsal 22:24-25 Jangan berteman dengan orang yang lekas gusar, jangan bergaul dengan seorang pemarah, supaya engkau jangan menjadi biasa dengan tingkah lakunya dan memasang jerat bagi dirimu sendiri.
Dari ayat diatas dengan jelas kita dapat melihat bahwa pergaulan sangat menentukan karakter kita. Siapa kita dan bagaimana karakter kita akan ditentukan oleh pergaulan dan lingkungan kita. Jika kita bergaul dengan orang-orang yang pemarah, maka suatu saat kitapun akan memiliki sikap demikian. Jika kita bergaul dengan orang yang suka bersungut-sungut maka kitapun akan memiliki karkter yang suka bersungut-sungut. Jika kita bergaul dengan orang yang pesimis maka karakter kitapun akan menjadi orang yang pesimis. Jika kita bergaul dengan orang yang suka menggosip maka kitapun akan menjadi orang yang suka menggosip. Jika kita bergaul dengan orang-orang yang tidak takut akan Tuhan maka kitapun akan menjadi orang yang tidak takut akan Tuhan. Oleh sebab itu hati-hatilah dalam memilih pergaulan dan memilih lingkungan karena itu akan membentuk karakter kita.
Amsal 13:20 Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang.
Ada seorang anak muda yang dahulunya takut akan Tuhan, baik dan rajin beribadah. Namun sekarang berubah 180 derajat, jarang beribadah dan malah diikat oleh judi bahkan dia sempat hidup dalam perjinahan dengan pergi ketempat-tempat prostitusi. Kehidupan yang dahulu taat kepada Tuhan menjadi tidak lagi. Perubahan itu terjadi setelah dia bergaul dengan orang-orang yang tidak takut akan Tuhan.
Semasa ia kuliah, ia bergaul dengan orang-orang yang takut akan Tuhan, ia rajin beribadah di kampusnya dan ikut dalam organisasi kekristenan disana. Tetapi setelah tamat, ia masuk kedalam dunia yang baru yaitu dunia pekerjaan. Namun sangat disayangkan, didunia yang baru ini ia berada di lingkungan orang-orang yang tidak takut akan Tuhan. Lingkungan ini perlahan-lahan membentuk karakternya. Apa yang biasa dilihatnya mempengaruhi pola pikirannya. Mungkin dahulu waktu baru masuk lingkungan itu, ia begitu tersiksa dengan keadaan itu karena bertentangan dengan hati nuraninya. Namun lama kelamaan hal itu sudah menjadi terbiasa baginya bahkah akhirnya dia pun ikut terlibat di dalamnya.
Hal yang demikian juga dialami oleh seorang sanak Abraham yang bernama Lot.  Ketika Lot hidup bersama Abraham, kehidupannya baik dan dia hidup dalam kebenaran dan Lot juga di berkati Tuhan seperti Abraham. Namun suatu ketika ia memilih memisahkan diri, namun sangat di sayangkan Lot memilih tempat dan lingkungan yang sangat tidak baik. Lingkungan yang moral dan etikanya rusak parah. Lingkungan yang hidupdalam gelimang dosa, dimana perjinahan dan perilaku seksual yang menyimpang memenuhi tempat itu. Awal mulanya mungkin ia merasa tersiksa, namun lama kelamaan perilaku itu menjadi biasa baginya, bahkan ia sempat kompromi dimana tanpa berpikir panjang menawarkan kedua anak perempuannya ketika orang-orang Sodom datang hendak mengambil kedua malaikat yang ada dalam rumahnya. Hal ini dapat kita baca pada ayat dibawah:
Kejadian 19:8 Kamu tahu, aku mempunyai dua orang anak perempuan yang belum pernah dijamah laki-laki, baiklah mereka kubawa ke luar kepadamu; perbuatlah kepada mereka seperti yang kamu pandang baik; hanya jangan kamu apa-apakan orang-orang ini, sebab mereka memang datang untuk berlindung di dalam rumahku.”
Bukan hanya Lot yang terpengaruh, kedua anaknya lebih parah lagi. Ketika mereka sampai di tempat daerah yang dituju setelah mereka keluar dari Sodom, mereka mengatur siasat untuk “tidur” dengan ayah kandungnya sendiri. Ini adalah suatu perbuatan yang keji. Itulah sebabnya mereka melahirkan anak-anak yang hidup dalam kutuk yaitu bani Moab dan Amon. Karena mereka adalah anak yang lahir dari hubungan antara anak dan ayah kandung. Itu dapat kita lihat pada Kejadian 19:30-38. Lingkungan yang buruk membuat moral dan etika mereka menjadi buruk.
Maka oleh sebab itu hati-hatilah bergaul dan memilih lingkungan. Pilihlah pergaulan dan lingkungan yang baik maka kita akan menjadi baik. Bergaullah dengan anak-anak Tuhan maka kita akan menjadi anak-anak Tuhan. Bergaullah dengan orang-orang yang takut akan Tuhan maka kita akan menjadi orang yang takut akan Tuhan.Dan yang terakhir Bergaullah dengan orang yang diberkati maka kitapun akan di berkati. Pergaulan akan menentukan apa karakter dan siapa kita. Tuhan Yesus memberkati.

Batasan dalam Pacaran

jarang banget ketemu tulisan2 cowok yang kayak gini.
God bless you, Hendi Zhong for sharing the truth and values with us! :)
***
Seseorang bertanya di suatu forum:
“batesan pacaran apa sih?”
Baiklah, mari kita sama-sama belajar kebenaran dan mempraktekan firman Tuhan.
Saya akan berbagi apa yang pernah saya dapat sebelumnya :)
Ini akan panjang sekali bila diuraikan. Karena itu sebelumnya saya bukakan dahulu
amsal 4:20-23
“Hai anakku, perhatikanlah perkataanku, arahkanlah telingamu kepada ucapanku; janganlah semuanya itu menjauh dari matamu, simpanlah itu di lubuk hatimu. Karena itulah yang menjadi kehidupan bagi mereka yang mendapatkannya dan kesembuhan bagi seluruh tubuh mereka. Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.”
Saya akan menguraikan dalam tulisan yang cukup panjang. Simaklah kawan dan renungkan baik-baik. Are you ready?
PART 1 (Batasan Motivasi)
Sebagai orang yang percaya kebenaran alkitab, kita akan mengambil dasar alkitab. Pertanyaan mendasar:
“untuk apa seseorang pacaran?”
Saya menanyakan anak-anak muda remaja: “Untuk apa kau menjalin hubungan pacaran dengan lawan jenismu?”
Dan inilah jawaban yang umum:
1. Karena “aku sayang dia” (Perasaan)
Dasarnya adalah “cinta”. Cinta dalam tanda kutip ini perlu diwaspadai kawan. Saya tidak mengatakan ini tidak baik. Alangkah baiknya jika kau selidiki perasaanmu itu. Kebanyakan dasar cinta-cintaan ini cenderung kasih EROS, asmara memikat yang lebih mengutamakan hawa nafsu.
Jika kau buka ensiklopedia, Eros merupakan sebuah kata dari bahasa Yunani yang berarti cinta berdasarkan hawa nafsu saja. Kata turunan adalah ‘erotis’.
Agape adalah bentuk cinta tanpa batas, kerap dicontohkan dengan cinta Tuhan terhadap ciptaan-Nya.
Sumber: Wikipedia
Hubungan yang hanya berdasarkan EROS tanpa dikendalikan AGAPE, hubungan itu akan hancur. Mengapa saya berani mengatakan demikian? Inilah perbedaan kasih AGAPE dan nafsu EROS:
HAWA NAFSU – “Menuntut” segala sesuatu dari “Orang lain” demi memenuhi “EGO pribadi” walau harus mengorbankan “Kepentingan pihak lain”.
KASIH – “Memberi” segala sesuatu dari “Diri pribadi” demi memberkati “Orang lain” walau harus mengorbankan “Kepentingan pribadi”.
Nyata di lapangan, kebanyakan orang berpacaran cenderung menggunakan NAFSU dari pada KASIH. Bahkan, ada orang yg menuntut pasangannya lebih memperhatikan dia dari pada Tuhan? WOW! Sampai-sampai Tuhan juga dikorbanin demi “mengemis” perhatian dan rasa sayang dari pasangannya.
Jika kau hanya andalkan perasaan “ATAS NAMA CINTA”, ketika kau bergesekan dan mengalami dilema: mungkin kau menemukan kekurangan2 pasanganmu setelah membangun hubungan pacaran dengan dia, maka saya akan bertanya “MASIHKAH KAU MENCINTAIKU?”
Kawan, inilah pengalaman-pengalaman orang pendahulu kita. Ternyata PERASAAN BUKAN SEGALANYA. Relationship itu berbicara KOMITMEN sedangkan Perasaan itu berbicara “Mood”. Saat mood-mu menjadi busuk krn menemukan kekurangan pasanganmu yang tidak bisa kau terima, apakah kau bisa mengatakan bahwa kau mencintainya?
Justru, saat mood hilang, KOMITMEN-lah yang MENYATUKAN.
2. Karena ingin mengenal dia lebih dalam
Dasar pacaran = PENGENALAN.
Mengenal apanya? Pribadinya? Bagaimana background keluarganya? Oh.. Tunggu dulu..! Kau dapat mengenalnya melalui persahabatan. Kadang, sahabat justru lebih mengenal si “dia” daripada pacarnya (tolong koreksi saya). Ada hal-hal tertentu justru si “dia” merasa lebih nyaman menceritakan pada sahabat daripada pacarnya karena mungkin saja pacarnya tipe pemarah, cepat down, suka negative thinking, atau hal-hal lain.
Jadi, alibi “MENGENAL” ini tidak tepat sebagai dasar bagaimana kau katakan untuk memulai satu hubungan.
Ada suami istri yang sudah menikah puluhan tahun dan punya anak, masih saja dapat berkata,”Heran aku sama papa, kok aku ga bisa paham ya sama kelakuannya ini”.
“Heran ya sama mama kok begitu?”
hei !!
Jangan kau pikir kau berpacaran lalu mengenal dia? Setelah mengenal dia, lalu memperistri atau mempersuami dia, kau sudah memahami seluruh isi kepala dan hatinya.
PENGENALAN karakter itu bukan start from relationship to married then finish! Pengenalan karakter itu dari friendship ke engages, then married lalu hidup dlm pernikahan sampai MATI mengenal pasanganmu.
Saat kau bangun hubungan berpacaran itu sendiri, anggap saja 1 tahun, lalu kau MENGENAL dia dan temukan ketidakcocokan antar kalian, apa yang kau lakukan? Break?! Ini namanya pacaran coba-coba
3. Coba-Coba atau COCOK-COCOKAN
Menyambung uraian di atas, setelah kau mengenalnya lalu menemukan ketidakcocokan, kau mencoba lagi. Tidak cocok, lalu putus. Coba lagi, tidak cocok, putus.
Saya infokan suatu kebenaran dan KENYATAAN. Bangunlah dari tidur! Di dunia ini tidak ada manusia yang cocok satu sama lain. Isi kepalamu beda dengan orang lain. Idenya beda, kehendaknya beda, kepentingannya beda, Bagaimana bisa cocok?
Hubungan antar 2 pribadi bukan COCOK2an Tapi “PENERIMAAN”. Bagaimana kau menerima kekurangan pasanganmu, itulah hubungan KOMITMEN.
Alibi coba-coba ini tidak kuat menjadi dasar relationship. Manusia bukan untuk dicoba-coba. Manusia itu harus dihargai.
Apa akibat coba-coba? Faktanya setelah mereka coba-coba dan merasa tidak cocok, ribut lalu berpisah. Kebanyakan malah jadi MUSUH dan sakit hati. Menyimpan rasa sakit hati berarti tidak mengampuni. Tidak mengampuni = Dosa.
4. Tanpa pacar = Kosong
Saya pernah mendengar alasan ini dari seseorang. Ia hampa tanpa pacar. Pertanyaannya, bila kau mengisi kekosonganmu dengan “pacar”, suatu hari ia dipanggil Tuhan bagaimana?
Kau butuh Tuhan untuk menutupi kehampaan. Kehampaan diri bukan diisi hal-hal tak kekal. Kadang-kadang karena kekurangan pasangan, bukannya kekosongan hidup itu diisi dengan hal-hal baik, malah diisi oleh kekecewaan atas perilaku pasangan.
Hanya Tuhan yg dapat mengisi kekosongan. Kesendirian tidak sama dengan sendiri. Alone tidak sama dengan lonely (kesepian dalam kekosongan). Ada orang merasa sendiri ditengah keramaian (kesendirian) berbeda dengan orang yang sedang jalan-jalan di mal sendiri tapi masih bisa menyembah Tuhan (pikiran dan jiwanya tidak kesepian).
Inilah alasan-alasan umum yang saya temukan. Orang banyak yang percaya bahwa pacaran adalah satu-satunya cara untuk menyiapkan pernikahan. Ternyata tidak tepat. Tunangan (Keseriusan komitmen) adalah cara menyiapkan pernikahan.
PART 2 (Batasan Persiapan)
Pada awalnya kita tidak mengenal berpacaran. Berpacaran itu adalah produk jaman. Pada masa sebelum Yesus lahir, Yusuf dan Maria bertunangan. Persiapan pernikahan itu bukan berpacaran. Persiapan pernikahan itu adalah pertunangan. Kalau tau tidak siap nikah, mengapa berhubungan? Itu kan jelas namanya romantisme EROS sebagai pembenaran hubungan.
Di dalam pertunangan mengandung KOMITMEN. Karena GOAL atau tujuan anda membangun hubungan (yang dikatakan berpacaran) itu adalah pernikahan. Saya yakin banyak kita setuju di poin ini: Tujuan hubungan adalah pernikahan.
Namun, ada beberapa hal yang perlu anda ketahui:
1. Menikah itu butuh KESERIUSAN, apakah anda serius atau main2?
2. Apakah kau sudah punya gambaran seperti apa rumah tangga apa yang ingin kau bangun?
Kalau blank, ini namanya menikah tanpa masa depan. Kau tak punya gambaran apa-apa tentang rumah tangga. Kau tak memiliki dasar kokoh. Bagi pria sebagai pemimpin, engkau adalah kepala keluarga pengambil keputusan. Ini penting sekali, pria perlu punya gambaran bagaimana ia akan membawa istri dan anak dalam bahtera rumah tangganya.
3. Apakah kau sudah siap dengan visimu dan visi pasanganmu dan memastikan kalian akan mendukung satu sama lain? Ini akan kita bahas satu topik.
4. Menikah itu butuh KOMITMEN, hidup orang percaya itu bukan kawin cerai. Apakah kau benar-benar punya komitmen menerima kekurangan dia? Jika belum tahu apa-apa tentang dia, kenalilah dia lewat persahabatan murni.
Apakah kau siap mengikrarkan dan mempraktekkan:
“Aku menerima engkau sebagai suami/istri dan tetap setia dalam suka atau duka, kelebihan atau kekurangan, berkelimpahan atau kesulitan hidup sampai maut memisahkan kita”
Jika kau dan dia siap berkomitmen, mari kita masuk ke berikutnya: DUIT.
5. Menikah itu butuh UANG. Apakah kau masih menadahkan tangan pada orangtuamu?
Apakah modal pacarannya dari uang jajan? Malu donk… Itu artinya belum siap menikah karena belum punya penghasilan. Beda cerita bila kau punya penghasilan pribadi, punya komitmen, dan punya mental/karakter siap menjadi seorang ayah/ibu. Belum siap menikah ngapain bangun komitmen?
Kata nenek,”Kau harus punya keuangan yang mempertanggungjawabkan keluarga yg akan kau bentuk.” Nenek-nenek aja tau :D
PART 3 (VISI HIDUP)
Kali ini kita perlu membuka alkitab. Baca dan renungkan kejadian pasal 2. Tuhan menciptakan manusia, yaitu adam. Kemudian Tuhan memberikan Adam sebuah tugas atau visi apa yang harus dia kerjakan.
Kejadian 2:15-18
2:15 UHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.
2:16 Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: “Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas,
2:17 tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.”
2:18 TUHAN Allah berfirman: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.”
Visi adam ialah tukang kebun, kasarnya begitu. Ia harus memelihara bumi (15). Tuhan pun membuat Adam mengerti apa yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Artinya, Adam belajar firman Tuhan yaitu perintah dan mentaati hukumNya (16 dan 17). Setelah itu, Tuhan memberikan pasangan untuk Adam, yaitu Hawa (18).
Mari renungkan baik-baik:
“Sudahkah kau tau apa visimu di dunia ini?”
Manusia menciptakan bangku untuk diduduki. Tugasnya bangku adalah tercipta sebagai tempat duduk. Manusia menciptakan Alkitab untuk dibaca, direnungkan, dipraktekkan supaya makin serupa Kristus.
Kadang kala ada manusia yang salah mempergunakannya. Bangku harusnya diciptakan untuk diduduki malah dipakai untuk melempari orang ketika ia marah. Akibatnya, bangku itu tidak memenuhi visinya.
Itu saja bangku, bukan manusia. Manusia tentu lebih mulia dari bangku. Seharusnya manusia diciptakan Tuhan bukan karena accident. Manusia dicipta Tuhan membawa visi yang lebih mulia dari bangku. Anda berharga dimata-Nya untuk mengerjakan perbuatan-perbuatan mulia. Bahkan engkau disamakan dengan biji mata Tuhan, saking berharganya.
Mengapa Tuhan memberikan anda pasangan hidup? Itu karena Tuhan ingin memberi engkau penolong sepadan engkau mengusahakan mengerjakan visimu.
Bicara visi berarti bicara pandangan jauh ke depan. Untuk apa kau ada di dunia ini? Untuk mengerjakan dan berbuat apa? Kau kerjakan sampai kau mati memuliakan Tuhan. Itu menjadi destiny atau panggilan hidup.
Ada orang-orang yang punya panggilan hidup di politik, ia menjadi pengacara atau aktif di badan hukum. Ia memuliakan Tuhan lewat visinya. Ia dicipta Tuhan untuk menjadi teladan dibidang hukum dimana ia jujur, setia pada firman Tuhan dan mempraktekkan kebenaran dibidang hukum sehingga ia anti korupsi, ia penyuara keadilan yang dipakai Tuhan.
Ada orang punya panggilan hidup di bidang sosial. Ia memotivasi orang-orang yang kesusahan, membantu anak yatim, ada juga yang bekerja di rumah sakit. Ia dipakai Tuhan luar biasa. Ia mensupport orang-orang yang hidupnya hancur-hancuran karena obat dan narkotik sehingga mereka kenal Tuhan.
Apa visimu kawan? Sudahkah kau mulai mengusahakan visimu?
Visi itu mata. Orang yang tak punya visi ke depan, maaf, ia buta. Ia buta masa depan. Ia buta tak tahu kenapa ia diciptakan dan bisa berguna bagi Tuhan.
Orang “buta” mau menikah = Orang yang tak punya cita-cita atau masa depan mau menikah.
Tuhan memberi steps atau langkah-langkah kawan. Kau hanya memahami visimu dan pasanganmu. Apakah kalian akan berkomitmen saling membantu/mensupport/menolong dalam pencapaian visi pribadi dan visi keluargamu mau dibawa kemana?
Orang tak punya visi menikah artinya ia orang yang menikah tapi tidak tahu harus mengerjakan apa untuk kemuliaan Tuhan. Pernikahan yang tidak maksimal memuliakan Tuhan.
Kiranya BAHASAN VISI ini menjadi perenungan mendalam bagi kawan.
PART 4 (BATASAN KEKUDUSAN)
Inilah bagian yang sering sekali anak-anak Tuhan jatuh dan terjerat. Namanya kekudusan.
Kita asumsikan semuanya OK. Kau sudah memenuhi motivasi dalam kebenaran (PART 1) Kau sudah memenuhi batasan persiapan (PART 2) dan kau pun sudah memiliki visi jelas (PART 3), namun inilah bagian yang cukup menantang! Seks.
Semua orang berpotensi jatuh dalam dosa seks pra-nikah disebut di alkitab ialah percabulan
Efesus 5:3
Tetapi percabulan dan rupa-rupa kecemaran atau keserakahan disebut sajapun jangan di antara kamu, sebagaimana sepatutnya bagi orang-orang kudus.
Dan banyak lagi ayat alkitab bisa kau cari tentang larangan percabulan. Bagi Tuhan itu dosa.
Mengapa mereka jatuh? Karena tidak tahu kebenaran firman Tuhan. Bila mereka tahu, mereka akan menjauhinya. Bila mereka sudah tau tapi malah membiarkan dirinya dekat-dekat percabulan, itu namanya mencobai diri sendiri dalam dosa. Bila mereka sudah tau dan mereka malah menikmati percabulan, itu namanya mereka tidak TAAT. Sudah dikasi tau tapi ga mau mendengar = tidak taat = pembangkang = pemberontak.
Pemberontak ini akan dihakimi Tuhan sesuai keadilanNya.
Baiklah kita mulai. Saya ingin anda berpikir pakai logika bukan EGO. Cobalah berpikir jernih dan DEWASA, saya akan vulgar dan blak-blakan demi membuka FAKTA. Jujur-jujuran saja. Telanjangi dosa!
Mengapa seseorang bisa sampai melakukan hubungan seks diluar nikah? Kita perlu menelusuri akarnya. Potong akarnya supaya tidak bertumbuh.
AKAR KEJATUHAN MANUSIA DALAM PERCABULAN
Seks itu karena mereka mencapai titik “Point of no return” dalam berhubungan, misalnya peluk-pelukan tanpa busana, bercumbu, dan tidak tahan lagi. Seks!
Apa yang akar dari bergulat tanpa busana? Karena awalnya mereka membiarkan diri dalam raba-rabaan. Meraba alat kelamin atau seks. Awalnya menolak, lama-lama dibiarkan begitu saja. Lewat raba-raba, maka mereka terangsang sampai menuju titik “point of no return”. Anda akan belajar di ilmu psikologi tentang point of no return ini, dimana tidak mampu mengendalikan diri dan membiarkan semuanya terjadi. Kalau begitu, kita tau bahwa akar dari bergulat tanpa busana ialah raba-rabaan.
Apa akar dari raba-rabaan? Apa yang menyebabkannya? Karena awalnya mereka bercumbu biasa-biasa saja. Misalnya berpelukan dan berciuman bibir. Inilah akarnya dari raba-rabaan. Awalnya menolak untuk ciuman atau pelukan. Tapi karena rayuan gombal plus kata-kata:
“Pelukan kan ga dosa”
“Ciuman kan ga dosa”
“Kita hanya akan sampai batas ini kok, ga lebih”
“Kalau ga ciuman, bukan pacaran”
“Kalau sayang, boleh dong peluk”
Peluk, langsung bersentuhan dengan payudara.
lama-lama karena sering berpelukan dan berciuman, beresiko dan berpotensi raba-rabaan. Dan kasusnya memang sering terjadi. Dulu, saya sendiri pernah mengalami kejatuhan dalam dosa ini. Kemudian saya diberi kebenaran dan bertobat.
Tidak ada manusia yang kebal terhadap dosa. Saya tidak sok suci atau merasa sekarang sudah menang 100% suci 100% terhadap hal ini. Kita sama-sama mau training hard dalam Tuhan agar menang dari dosa yang mematikan ini bos!
Mungkin engkau akan mengatakan, KUNO BANGET LU! Ciuman kan ga dosa.
Betul. Bahkan saya katakan lagi, raba-rabaan juga bukan saja dosa, tapi lebih lagi pahami firman Tuhan.
Mari buka alkitabmu:
Matius 5:27-28
Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya.
Matius 15:17-19
15:17 Tidak tahukah kamu bahwa segala sesuatu yang masuk ke dalam mulut turun ke dalam perut lalu dibuang di jamban?
15:18 Tetapi apa yang keluar dari mulut berasal dari hati dan itulah yang menajiskan orang.
15:19 Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat.
Tuhan Yesus bukan saja punya standar tidak boleh berbuat cabul seperti raba-rabaan. Kotbah di Bukit, Matius 5 di atas mencatat bahwa Yesus mengatakan bukan perbuatannya, PIKIRANNYA SAJA SUDAH DOSA.
Dan hal tersebut ditegaskan lagi olehNya di Matius 15:17-19
Apakah orang yang raba-rabaan tidak berpikir seks? Tidak mungkin itu wong yang diraba alat kelamin. Cium-ciuman kan ga mikir seks. Awalnya iya, tapi lama-kelamaan BERPOTENSI membawa anda masuk dalam imajinasi SEKS. Seperti yg saya telah tulis di atas:
“Bila mereka sudah tau tapi malah membiarkan dirinya dekat-dekat percabulan, itu namanya mencobai diri sendiri dalam dosa. ”
Padahal Yesus mengajarkan bahwa:
“Jauhkanlah kami dari pencobaan … Lepaskan kami dr yang jahat”
Ini malah melakukan perbuatan yang terbalik dengan ajaran Yesus membawa dirinya dalam pencobaan.
Belajar dari teladan Yusuf dikisah perjanjian lama. Yusuf ketika diajak seks dengan istrinya Potifar, dia tidak membiarkan dirinya diam saja. Dia tidak TOLERANSI dengan mengatakan,”Ciuman sama istrinya potifar ga apa-apa kali ya. Kan ga dosa. Cuma ciuman, ga sampai seks.”
Apa yang Yusuf lakukan, Ia lari menjauh. Ia menjauhkan diri dari pencobaan bukan lari mendekat. Kabur atau menjauhkan diri dari pencobaan adalah solusi terbaik agar kita menang dari dosa percabulan, tentunya sambil berdoa dan fokus pada Tuhan.
Kawan, apakah kau suka BERTOLERANSI terhadap dosa? Sedikit aja ga apa2. Sesat!
Jelas kita tahu bahwa akar dari raba-raba ialah bercumbu ciuman dan rangkulan. ALIBI sih bilang, ga dosa. Tapi tak sadar, belum kau lakukan hubungan alat kelamin, dimana kau sudah terlintas pikiran seks saja kau sudah DOSA (Kata Yesus bukan kata gue).
Apa akar dari bercumbu ciuman? Pelukan “Kudus-kudusan”. Jadi awalnya orang ini ngaku kalau pelukan itu tak dosa. Benar! Kudus2an. Awalnya tidak mau pelukan. Tapi sepertinya ini tidak apa-apa. Tak tau akan terjerumus lebih dalam. Maka diibiarkan dirinya dipeluk. Lama-lama sering pelukan jadi ingin cium. Awalnya cium kening, karena masih takut ditolak (Ini alibi cowok banget). Lama-lama minta cium pipi. Lalu setelah beberapa lama diijinkan, minta lebih, cium bibir. Lalu bercumbulah kissing+Hug=calon terjerumus dosa. Tinggal tunggu waktu aja, waktu dimana kalian lengah, iblis akan masuk menyerang dengan menggoda agar kalian raba-rabaan.
Inilah akar dari bercumbu, pelukan “kudus-kudusan” (kena sedikit payudara).
Apa akar dari pelukan kudus2an (Bukan kudus beneran)?…
Rangkul pinggang dan gandengan. Ini dia akar awalnya. Pegangan tangan dan peluk pinggang waktu berjalan. Atau mengalungkan tangan dileher ceweknya.
Awalnya gandengan tangan, lalu rangkul, lalu peluk, lalu cium, lalu raba, lalu mulai buka baju atas, buka celana, dan free seks.
Itu FAKTA. Memang STEPsnya demikian. Tidak mungkin seorang cowok datang ke ceweknya tiba2 minta,”Sayang, making love yuk!”
Saya percaya bisa digampar oleh cewek baik2.
“Memang lu kira gw pelacur. Pelacur aja dibayar, lu maunya gratisan!”
Akar awalnya ialah gandengan tangan. Bila anda punya komitmen JAGA KEKUDUSAN untuk hubungan pra-nikah, tentu anda akan serius dengan hal ini. Akar permasalahannya ditumpas dari awal.
Inilah nilai kekudusan pra-nikah yang bisa saya bagikan. Saya tidak katakan bergandengan tangan itu dosa. Tapi itu memicu EROSmu.
Orang-orang yang bersentuhan tubuh, mulai dari gandengan tangan cenderung GRAFIKnya naik. Biar mesra katanya. MESRA – MErasakan aSmaRa potensi dosA, ya betul.
Pria itu tanpa bersentuhan fisik dengan wanita juga bisa mikir seks kok. Apalagi ada wanita yang cantik disebelahnya, sentuhan kulit lagi. Potensinya tentu lebih besar.
Menurut penelitian, pria memikirkan seks sekitar empat menit 1x ia bisa terlintas seks dalam kondisi ia senggang tidak memikirkan apa-apa, saat santai, atau saat tenang. Itu alamiah. Itulah pria. Dan wanitaNya Kristus perlu tau ini, supaya benar-benar menjaga pasanganmu tidak jatuh dalam pikiran cabul.
Tanpa disentuh saja bisa mikir seks. Makanya pria itu unik. Tanpa dirangsang, dia bisa nonton porno, tanpa disentuh wanita, si pria bisa terangsang sendiri.
Kau pria, sadar akan hal ini, jauhkan dirimu dari percabulan. Buatlah komitmen untuk tidak bersentuhan berlebihan dengan pasanganmu.
Tidak gandengan tangan selama pra-nikah tak masalah kan? Setelah kau menikah juga akan menikmati dalam hubungan yang diberkati Tuhan (Sampai mati malah). Itu kalau motivasimu menjaga kekudusan, kenapa tidak berani bayar harga? Apa kau hanya mencintai tubuhnya? Jika tidak, kau katakan juga mencintai hatinya, coba hargai tubuhnya. Coba miliki komitmen tidak bergandengan tangan pasanganmu, berani?
Ada yang bertanya, bagaimana bila dalam kondisi ingin menyeberang jalan yang ramai kendaraan bersama pasangan, tak boleh digandeng?
Jika kau ingin melindungi, gandengan tangannya secara wajar dalam kasih murni melindungi. Setelah sampai seberang jalan, ya lepaskan tangannya.
Ada seseorang yang mengatakan begini,”Kalau kamu pacaran tidak gandeng pacarmu, nanti digandeng orang lain.”
Saya tidak setuju. Bila kau dan pasanganmu setuju memiliki hubungan pra-nikah yang kudus, tentu pasanganmu tidak main-main. Itu alasan yang childish! ALIBI. sesat.
Kalau dia juga tidak membiarkan dirimu menggandeng dirinya demi komitmen memberantas akar paling kecil dari percabulan, tentu dia juga lebih lagi menjaga daripada tangan-tangan pria lain. Kalau cewekmu tidak kau gandeng, apalagi pria lain, ia juga lebih lagi tidak mau digandeng. Itu motivasi kedua pasangan yang murni memelihara kekudusan.
Kawan, Saya berharap engkau membacanya seksama dan merenungkan kebenaran firman Tuhan dan belajar mempraktekkannya demi membangun kekudusan di masa mudamu (Kesannya gue udah tua aja). Tapi serius, saya pernah jatuh, saya bertobat dan sampai sekarang terus memegang prinsip ini. Rindu saya bagikan agar kalian tidak jatuh dalam lubang yang sama dengan saya.
Dan penggunaan bahasa blak-blakan, sebelum dan setelahnya saya mohon maaf, dan saya clear-kan bahwa ini bukan saya senonoh. Saya ingin kita benar-benar jelas melihat fakta secara detail dan jujur pada diri sendiri. Semoga memberkati anda semua. Jbu

12 Murid Yesus dan Latar Belakangnya

12 Murid Yesus dan Latar belakangnya
(1) Andreas. 
Pada hari setelah Yohanes Pembaptis melihat Roh Kudus turun ke atas Yesus, Ia memperkenalkan Yesus kepada dua orang muridnya dan berkata, "Lihatlah Anak Domba Allah!" (Yoh. 1:36). Tertarik dengan pemberitahuan tersebut, kedua orang itu meninggalkan Yohanes dan mulai mengikuti Yesus. Yesus memperhatikan mereka dan menanyakan apa yang mereka cari. Dengan segera mereka menjawab, "Rabi, di manakah Engkau tinggal?" Yesus mengajak mereka ke rumah di mana Ia tinggal dan mereka menginap di sana dengan Dia. Seorang dari mereka bernama Andreas (Yoh. 1:38-40).

Andreas segera menemui saudaranya, Simon Petrus. Ia berkata kepada Petrus, "Kami telah menemukan Mesias ... (Yoh. 1:41). Melalui kesaksian ini, ia memenangkan Petrus bagi Tuhan.

Andreas adalah sebuah nama Yunani yang berarti "gagah." , Petunjuk lain dalam Injil menunjukkan bahwa Andreas kuat secara fisik dan seorang yang setia juga beriman. Ia dan Petrus mendiami sebuah rumah bersama (Mrk. 1:29). Mereka adalah anak dari seorang yang bernama Yunus atau Yohanes, seorang nelayan kaya. Kedua orang muda itu telah bergabung dengan ayah mereka dalam usaha penangkapan ikan.

Andreas lahir di Betsaida, di tepi utara Danau Galilea. Meskipun Injil Yohanes menggambarkan pertemuan pertama Andreas dengan Yesus, ia tidak menyebutkan Andreas sebagai murid sampai beberapa lama kemudian (Yoh. 6:8). Injil Matius memberi tahu bahwa ketika Yesus sedang berjalan menyusur pantai Danau Galilea, Ia memanggil Andreas dan Petrus dan mengajak mereka untuk menjadi murid-Nya (Mat. 4:18-19). Cerita ini tidaklah bertentangan dengan kisah Yohanes: melainkan menambahkan detil yang baru. Jika dibaca dengan teliti, Yohanes 1:35-40 menunjukkan bahwa Yesus tidak mengajak Andreas dan Petrus untuk mengikuti Dia pada pertemuan pertama mereka.

Andreas dan seorang murid lain yang bernama Filipus memperkenalkan kelompok orang Yunani kepada Yesus (Yoh. 12:20-22). Karena alasan ini, kita dapat mengatakan bahwa Andreas dan Filipus adalah misionaris pertama tentang iman Kristen.

Tradisi mengatakan bahwa Andreas menghabiskan tahun-tahun terakhir hidupnya di Skitia, di sebelah utara Laut Hitam. Tetapi sebuah buku kecil berjudul Acts of Andrew (kemungkinan ditulis sekitar tahun 260) bercerita bahwa Andreas memberitakan Injil terutama di daerah Makedonia dan meninggal sebagai seorang martir di Patras.89

Tradisi Katolik Roma menceritakan bahwa Andreas disalibkan pada kayu salib yang berbentuk X, sebuah simbol religius yang sekarang dikenal sebagai Salib Santo Andreas. Juga dipercaya bahwa ia disalibkan pada tanggal 30 November, jadi gereja Katolik Roma dan gereja Ortodoks Yunani memperingati peristiwa itu pada setiap tanggal tersebut. Dewasa ini Andreas menjadi Santo pelindung untuk Skotlandia. Ordo Santo Andreas merupakan perkumpulan penyambut tamu di gereja yang berusaha terutama untuk bersikap sopan terhadap orang asing.

(2) Bartolomeus (Natanael?)
Kami tidak mempunyai informasi yang cukup tentang identitas rasul yang bernama Bartolomeus. Ia hanya disebutkan dalam daftar para rasul. Selain itu, sementara Injil-Injil sinoptik setuju bahwa nama rasul tersebut adalah Bartolomeus, Yohanes menyebutnya sebagai Natanael (Yoh. 1:45). Beberapa pakar percaya bahwa Bartolomeus adalah nama keluarga Natanael.

Menurut bahasa Aram, kata bar berarti "anak laki-laki," jadi nama Bartolomeus secara harfiah berarti "anak laki-laki Talmai" Alkitab tidak memperkenalkan Talmai kepada kita, tetapi ia mungkin diberi nama sesuai dengan nama Raja Talmai dari Gesur (II Sam. 3:3). Beberapa pakar yakin bahwa Bartolomeus mempunyai hubungan dengan keluarga Ptolemeus, keluarga yang berkuasa di Mesir; teori ini didasarkan pada pernyataan Hieronimus bahwa Bartolomeus adalah satu-satunya rasul dari kalangan bangsawan.

Dengan beranggapan bahwa Bartolomeus adalah orang yang sama dengan Natanael, kita belajar sedikit lebih banyak tentang dirinya dari Injil Yohanes. Yesus menyebut Natanael "seorang Israel sejati ... tidak ada kepalsuan di dalamnya" (Yoh. 1:47).

Tradisi mengatakan bahwa Natanael melayani sebagai misionaris di India. Venerable Bede mengatakan bahwa kepalanya dipancung oleh Raja Astriagis. Tradisi lainnya mengatakan bahwa Natanael disalibkan dengan kepala di bawah.

(3) Yakobus, Anak Alfeus
Injil hanya menyebutkan sekilas mengenai Yakobus, anak Alfeus (Mat. 10:3, Mrk. 3:18, Luk 6:15).

Banyak pakar yakin bahwa Yakobus adalah saudara Matius, karena Alkitab mengatakan bahwa ayah Matius juga bernama Alfeus (Mrk. 2:14). Lainnya beranggapan bahwa Yakobus yang ini dikenal sebagai "Yakobus Muda"; tetapi kita tidak mempunyai bukti bahwa kedua nama ini merujuk pada orang yang sama (bdg. Mrk. 15:40).

Jika anak Alfeus adalah sama dengan Yakobus Muda, kemungkinan ia adalah sepupu Yesus sendiri (bdg. Mat. 27:56; Yoh. 19:25). Beberapa penafsir Alkitab berteori bahwa murid yang satu ini memiliki kemiripan fisik dengan Yesus, yang bisa menjelaskan mengapa Yudas Iskariot perlu untuk memperkenalkan Yesus pada malam Ia dikhianati (Mrk. 14:43-45; Luk. 22:47-48).

Beberapa legenda mengatakan bahwa Yakobus ini mengabarkan Injil di Persia dan disalibkan di sana. Tetapi kita tidak mempunyai informasi nyata mengenai pelayanan terakhir dan kematiannya.

(4) Yakobus, Anak Zebedeus. 
Setelah Yesus memanggil Simon Petrus dan saudaranya Andreas, Ia pergi sedikit lebih jauh lagi di tepi pantai Danau Galilea dan memanggil "Yakobus anak Zebedeus. dan Yohanes saudaranya, yang juga sedang membereskan jala mereka di dalam perahu" (Mrk. 1:19). Seperti Petrus dan Andreas; Yakobus dan saudaranya dengan segera menanggapi ajakan Kristus.

Yakobus adalah rasul pertama dari kedua belas rasul yang harus mati sebagai martir. Raja Herodes Agripa I memerintahkan agar Yakobus dihukum mati dengan pedang (Kis. 12:2). Tradisi mengatakan bahwa hal ini terjadi pada tahun 44, ketika Yakobus masih sangat muda tentunya. (Meskipun Perjanjian Baru tidak menjelaskan tentang kematian para rasul yang lain sebagai martir, tradisi mengatakan kepada kita bahwa mereka semua mati demi mempertahankan imannya, kecuali Yohanes.)

Injil tidak pernah menyebutkan Yakobus sendirian; para penulis Injil selalu menyebut "Yakobus dan Yohanes." Bahkan ketika mencatat kematiannya, Kisah Para Rasul menyebutnya sebagai "Yakobus saudara Yohanes" (Kis. 12:2). Yakobus dan Yohanes mulai mengikuti Yesus pada hari yang sama, dan keduanya hadir ketika Yesus dipermuliakan (Mrk. 9:2-13). Yesus menyebut kedua orang ini "anak-anak guruh" (Mrk. 3:17).

Penganiayaan yang merenggut nyawa Yakobus telah membangkitkan semangat baru pada jemaat Kristen pada saat itu (bdg. Kis. 12:5-25). Tidak diragukan lagi, Herodes Agripa berharap bisa menghancurkan gerakan Kristen dengan membunuh pemimpin-pemimpin mereka, seperti Yakobus. "Maka firman Tuhan makin tersebar dan makin banyak didengar orang" (ay. 24).

Anehnya, Injil Yohanes tidak pernah menyebutkan Yakobus. Yohanes merasa segan untuk menyebutkan namanya sendiri, dan mungkin ia juga merasa rendah hati untuk menyebutkan berbagai aktivitas saudaranya. Hanya sekali Yohanes merujuk pada dirinya dan Yakobus sebagai "anak-anak Zebedeus" (Yoh. 21:2). Selain itu, ia tidak mengatakan apa-apa mengenai kegiatan Yakobus.

Legenda-legenda mengatakan bahwa Yakobus merupakan misionaris Kristen pertama ke Spanyol. Pemimpin Gereja Katolik Roma beranggapan bahwa tulang-tulangnya dikuburkan di Kota Santiago, bagian barat laut Spanyol.

(5) Yohanes. 
Untunglah, kita mempunyai informasi cukup banyak mengenai murid yang bernama Yohanes. Markus memberi tahu bahwa Yohanes adalah saudara Yakobus, anak Zebedeus (Mrk. 1:19). Markus menceritakan bahwa Yakobus dan Yohanes bekerja bersama dengan "orang-orang upahan" ayah mereka (Mrk. 1:20).

Beberapa pakar menduga bahwa ibu Yohanes adalah Salome, yang ikut serta menyaksikan penyaliban Yesus (Mrk. 15:40). Jika Salome adalah saudara ibu Yesus, seperti yang tersirat dalam Injil Yohanes (Yoh. 19:25), tentunya Yohanes adalah sepupu Yesus.

Yesus menjumpai Yohanes dan saudaranya Yakobus sedang membereskan jala mereka di pinggir Danau Galilea. Yesus menyuruh mereka pergi agak jauh dari pantai dan menebarkan jala untuk menangkap ikan. Mereka mendapatkan hasil tangkapan yang sangat banyak - suatu mukjizat yang meyakinkan mereka akan kuasa Yesus. "Dan sesudah mereka menghela perahu-perahu mereka ke darat, merekapun meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus" (Luk. 5:11). Simon Petrus ada bersama dengan mereka.

Rupanya Yohanes seorang pemuda yang bertindak menuruti kata hatinya. Tidak lama setelah ia dan Yakobus menjadi anggota kelompok murid yang terdekat dengan Yesus, Sang Guru menjuluki mereka "anak-anak guruh" (Mrk. 3:17). Para murid kelihatannya menempatkan Yohanes di tempat kedua dalam kelompok mereka. Semua kitab Injil menyebut Yohanes setelah Yakobus; pada banyak kesempatan, kelihatannya, Yakobuslah yang menjadi juru bicara kedua bersaudara itu. Ketika Rasul Paulus menyebutkan Yohanes di antara para rasul yang ada di Yerusalem, ia menempatkan Yohanes pada urutan terakhir (Gal. 2:9).

Emosi Yohanes sering meledak-ledak ketika ia berbicara dengan Yesus. Pada suatu ketika, Yohanes menjadi marah karena seorang lain melayani dengan menggunakan nama Yesus. "Kami cegah orang itu,", ia berkata kepada Yesus, "karena ia bukan pengikut kita" (Mrk. 9:38). Yesus menjawab, "Jangan kamu cegah dia! ... Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita." Pada kesempatan yang lain, Yakobus dan Yohanes dengan ambisius menyarankan agar mereka diizinkan duduk di sebelah kanan dan kiri Yesus di surga. Ide ini menimbulkan kemarahan murid-murid yang lain (Mrk: 10:35-41).

Namun keberanian Yohanes berguna pada waktu kematian dan kebangkitan Yesus. Injil Yohanes 18:15 mengatakan kepada kita bahwa Yohanes "mengenal Imam Besar." Sebuah legenda Fransiskan menceritakan bahwa keluarga Yohanes memasok ikan kepada keluarga imam besar.90 Mungkin hal inilah yang membuat para pengawal ragu-ragu untuk menangkap dia ketika mereka menahan Yesus. Bagaimanapun juga, Yohanes adalah satu-satunya rasul yang berani berdiri di kaki salib, dan Yesus menyerahkan ibu-Nya untuk dijaga oleh Yohanes (Yoh. 19:26-27). Ketika para murid mendengar bahwa tubuh Yesus menghilang dari kubur, Yohanes lari mendahului mereka yang lain dan sampai di kubur paling awal. Walaupun begitu, ia membiarkan Petrus masuk terlebih dahulu ke dalam kubur (Yoh. 20:1-4; 8).

Seandainya benar bahwa Yohanes yang menulis Injil keempat, surat-surat Yohanes dan Kitab Wahyu, maka ialah rasul yang paling banyak menuliskan isi Perjanjian Baru daripada rasul-rasul yang lain. Kita tidak memiliki alasan yang cukup kuat untuk meragukan bahwa Yohaneslah yang menulis kitab-kitab itu.

Tradisi menceritakan bahwa Yohanes merawat ibu Yesus sementara ia menggembalakan jemaat di Efesus, dan ibu Yesus meninggal di sana. Tertulianus mengatakan bahwa Yohanes dibawa ke Roma dan "dimasukkan ke dalam minyak mendidih, namun ia tidak terluka, dan kemudian ia dibuang ke sebuah pulau." Pulau itu kemungkinan adalah Pulau Patmos, tempat Kitab Wahyu ditulis. Juga dipercayai bahwa Yohanes hidup sampai lanjut usia dan tubuhnya dibawa kembali ke Efesus untuk dimakamkan di sana.

(6) Yudas 
(yang bukan Iskariot). Yohanes menyebutkan seorang dari para murid itu sebagai "Yudas, yang bukan Iskariot" (Yoh. 14:22). Tidaklah mudah untuk menentukan identitas murid yang satu ini. Hieronimus menjulukinya Trionius - "orang dengan tiga nama."

Perjanjian Baru menyebutkan beberapa orang dengan nama Yudas - Yudas Iskariot (lihat bagian berikutnya), Yudas saudara Yesus (Mat. 13:55; Mrk. 6:3), Yudas dari Galilea (Kis. 5:37), dan "Yudas, yang bukan Iskariot." Jelas sekali, Yohanes bermaksud untuk menghindari kebingungan ketika ia merujuk kepada orang ini, terutama karena murid yang lain yang bernama Yudas itu mempunyai reputasi yang sangat buruk.

Matius menyebut orang ini Lebeus, "yang nama keluarganya adalah Tadeus" (Mat. 10:3). Markus hanya menyebutnya Tadeus (Mrk. 3:8). Lukas menyebutnya sebagai "Yudas anak Yakobus" (Luk. 6:16; Kis. 1:13). Alkitab versi King James melakukan kesalahan ketika menerjemahkan Injil Lukas dengan mengatakan bahwa orang ini adalah saudara Yakobus.

Kita tidak tahu pasti siapa ayah Tadeus yang sebenarnya. Beberapa orang berpikir bahwa ia adalah Yakobus, saudara Yesus - dengan demikian Yudas merupakan kemenakan laki-laki Yesus. Tetapi ini tidak mungkin, karena para sejarawan gereja mula-mula melaporkan bahwa Yakobus yang ini tidak pernah menikah. Beberapa orang lain berpikir bahwa ayahnya adalah Rasul Yakobus, anak Zebedeus. Kita tidak dapat memastikannya.

William Steuart McBirnie mengusulkan bahwa nama Tadeus adalah bentuk kecil untuk Theudas, yang berasal dari kata benda bahasa Aram tad, yang berarti "dada." Jadi, Tadeus bisa jadi merupakan nama julukan yang secara harfiah berarti "yang dekat dengan dada", atau "yang dicintai." McBirnie beranggapan bahwa nama Lebeus mungkin berasal dari kata benda leb dalam bahasa Ibrani, Yang artinya "hati".91

Sejarawan Eusebius menceritakan bahwa Yesus pernah mengutus rasul yang satu ini kepada Raja Abgar di Mesopotamia untuk berdoa agar raja itu disembuhkan. Menurut cerita ini, Yudas pergi ke Abgar setelah kenaikan Yesus. ke surga, dan ia tetap berada di Mesopotamia untuk memberitakan Injil di beberapa kota di Mesopotamia.92 Tradisi lainnya menyatakan bahwa murid ini dibunuh oleh para penyihir di Kota Suanir di Persia. Konon ia dibunuh dengan pentungan dan lemparan batu.

(7) Yudas Iskariot.
Semua Injil menempatkan Yudas Iskariot di urutan terakhir dari murid-murid Yesus. Tidak diragukan lagi, ini menunjukkan reputasi buruk Yudas sebagai pengkhianat Yesus.

Kata Iskariot dalam bahasa Aram secara harfiah berarti "pria dari Keriot." Keriot adalah nama sebuah kota kecil dekat Hebron (Yos. 15:25). Namun, Yohanes mengatakan bahwa Yudas adalah anak Simon (Yoh. 6:71).

Jika benar Yudas berasal dari Kota Keriot, ia adalah satu-satunya orang Yudea di antara para murid Yesus. Orang-orang Yudea mengejek orang-orang Galilea sebagai penduduk perbatasan yang kasar. Sikap ini mungkin yang membuat Yudas merasa terasing di antara para murid yang lain.

Injil tidak menceritakan secara jelas, kapan Yesus memanggil Yudas Iskariot untuk bergabung dengan kelompok pengikutnya. Kemungkinan hal ini dilakukan pada saat mula-mula ketika Yesus memanggil banyak orang (bdg. Mat. 4:18-22).

Yudas bertugas sebagai bendahara para rasul, dan sedikitnya pada suatu kesempatan ia menunjukkan sifat kikirnya terhadap pekerjaan mereka. Ketika seorang wanita bernama Maria datang untuk mengurapi kaki Yesus dengan minyak yang mahal harganya, Yudas mengeluh, "Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?" (Yoh. 12:5). Yohanes memberi komentar bahwa Yudas berkata demikian "bukan karena ia memperhatikan nasib orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri" (Yoh. 12:6).

Ketika para rasul makan bersama untuk terakhir kalinya dengan Yesus, Tuhan menunjukkan bahwa ia sudah tahu diri-Nya akan dikhianati, dan Ia menyebut Yudas sebagai pelakunya. Yesus mengatakan kepada Yudas, "Apa yang hendak kauperbuat, perbuatlah dengan segera" (Yoh. 13:27). Meskipun demikian murid-murid lain tidak curiga tentang apa yang sesungguhnya akan diperbuat Yudas. Yohanes melaporkan bahwa "Karena Yudas memegang kas ada yang menyangka, bahwa Yesus menyuruh dia membeli apa-apa yang perlu untuk perayaan itu (Paskah) ... " (Yoh. 13:28-29).

Para pakar mengemukakan beberapa teori mengenai alasan pengkhianatan Yudas. Sebagian dari mereka berpikir bahwa Yudas merasa sakit hati ketika Yesus menegur dia waktu ia mencela perempuan yang mengurapi Yesus.93 Yang lain lagi berpikir bahwa Yudas melakukan hal itu karena tamak akan uang yang ditawarkan oleh musuh-musuh Yesus.94 Lukas dan Yohanes hanya mengatakan bahwa Iblis yang mendorong perbuatan Yudas (Luk. 22:3; Yoh. 13:27).

Matius menceritakan bahwa Yudas menyesal dan berusaha untuk mengembalikan uang itu kepada para penangkap Yesus, "Maka ia pun melemparkan uang perak itu ke dalam Bait Suci, lalu pergi dari situ dan menggantung diri" (Mat. 27:5). Menurut sebuah legenda rakyat, Yudas menggantung dirinya di sebuah pohon yang kuncupnya berwarna merah, yang sering disebut "pohon Yudas." Dalam beberapa tulisan modern, Yudas digambarkan sebagai seorang zelot atau seorang patriot yang ekstrem yang kecewa karena kegagalan Yesus untuk memimpin sebuah gerakan masa atau pemberontakan terhadap Roma. Namun, hingga kini hanya sedikit bukti untuk pandangan ini.
(8) Matius. 
Pada zaman Yesus, pemerintah Romawi mengumpulkan beberapa macam pajak dari masyarakat Palestina. Pajak untuk mengangkut barang melalui jalan darat atau laut ditagih oleh pemungut pajak swasta, yang membayar jumlah tertentu kepada pemerintah Romawi untuk mendapat hak menagih pajak ini. Para pemungut pajak ini mengambil keuntungan dengan memungut jumlah yang lebih besar dari yang sudah ditetapkan. Pemungut pajak yang sah kadang-kadang menyewa pejabat-pejabat kecil yang disebut pemungut cukai untuk mengerjakan pekerjaan mereka. Para pemungut cukai ini memperoleh upah mereka dengan menagih sedikit lebih banyak dari apa yang dituntut oleh atasan mereka. Murid Tuhan yang bernama Matius adalah seorang pemungut cukai yang mengumpulkan pajak di jalan antara Damsyik dan Ako; posnya terletak sedikit di luar Kapernaum dan mungkin juga ia menarik pajak pendapatan dari para nelayan.

Biasanya, pemungut cukai menarik pajak sebesar 5 persen dari harga beli barang-barang yang biasa dan 12,5 persen untuk barang-barang mewah. Matius juga menarik pajak dari para nelayan yang menangkap ikan sepanjang Danau Galilea dan para pemilik perahu yang membawa barang-barang mereka dari kota-kota di seberang danau.

Orang Yahudi menganggap uang para pemungut pajak sebagai uang haram, jadi mereka tidak pernah mengambil uang kembali dari para penagih pajak tersebut. Seandainya seorang Yahudi tidak memiliki uang pas seperti yang dikehendaki si penagih, maka ia akan meminjam dari temannya. Masyarakat Yahudi memandang rendah para pemungut cukai sebagai wakil kekaisaran Romawi yang mereka benci dan wakil raja boneka Yahudi. Pala pemungut cukai dilarang untuk memberikan kesaksian di pengadilan, dan mereka juga tidak boleh memberikan uang persepuluhan di Bait Suci Bahkan seorang Yahudi baik-baik tidak mau berhubungan dengan pemungut cukai dalam kehidupannya (bdg. Mat. 9:10-13).

Orang Yahudi membagi para penagih pajak menjadi dua golongan. Yang pertama disebut gabbai, mereka yang menagih pajak umum untuk pertanian dan pajak sensus dari masyarakat. Golongan yang kedua disebut mokhsa, yakni petugas yang mengumpulkan uang dari para pedagang keliling. Kebanyakan mokhsa ini adalah orang Yahudi, karenanya mereka dipandang sebagai pengkhianat bangsanya sendiri. Matius termasuk dalam golongan penagih pajak ini.

Injil Matius menceritakan bahwa Yesus mendekati orang yang dianggap tidak pantas menjadi murid-Nya ini ketika pada suatu hari ia sedang duduk di rumah cukainya. Yesus hanya mengatakan kepada Matius, "Ikutlah Aku," dan Matius segera meninggalkan pekerjaannya dan mengikuti Sang Guru (Mat. 9:9).

Kelihatannya Matius adalah seorang yang berada, karena ia mengadakan perjamuan makan di rumahnya. "Dan Lewi mengadakan suatu perjamuan besar untuk Dia di rumahnya dan sejumlah besar pemungut cukai dan orang-orang lain turut makan bersama-sama dengan Dia" (Luk. 5:29). Fakta sederhana bahwa Matius memiliki rumah sendiri menunjukkan bahwa ia lebih kaya dari para pemungut cukai yang lain.

Karena jenis pekerjaannya, kita merasa cukup yakin bahwa Matius dapat membaca dan menulis. Dokumen-dokumen pajak pada kertas papirus yang berasal dari sekitar tahun 100 menunjukkan bahwa para pemungut cukai cukup menguasai keterampilan hitung-menghitung. (Mereka menggunakan simbol-simbol Yunani yang lebih sederhana, dan bukan angka-angka Romawi yang rumit)

Matius mungkin memiliki hubungan saudara dengan rasul Yakobus, karena masing-masing mereka disebut "anak Alfeus" (Mat. 10:3; Mrk. 2:14). Kadang-kadang Lukas menggunakan nama Lewi untuk menyebut Matius (bdg. Luk. 5:27-29). Karena itu, beberapa pakar yakin bahwa nama Matius sebelum ia memutuskan untuk mengikut Yesus adalah Lewi, dan bahwa Yesus memberinya nama yang baru, yang berarti "pemberian Allah." Pakar lainnya beranggapan bahwa Matius adalah anggota suku para imam Lewi.

Meskipun seorang mantan pemungut cukai telah bergabung dengan kelompok-Nya, Yesus tidak bersikap lunak kepada para penagih pajak. Ia menyamakan mereka dengan perempuan sundal (bdg. Mat. 21:31), dan Matius sendiri menggolongkan para pemungut cukai dengan orang berdosa (Mat. 9:10).

Di antara semua kitab Injil lainnya, Injil Matius mungkin yang paling berpengaruh. Kepustakaan kristiani dari abad kedua lebih sering mengutip dari Injil Matius daripada Injil lainnya. Para bapa gereja menempatkan Injil Matius pada permulaan kanon Perjanjian Baru, kemungkinan karena dinilai memiliki arti yang penting. Tulisan Matius menekankan bahwa Yesus menggenapi nubuat Perjanjian Lama. Injil tersebut menekankan bahwa Yesus adalah Mesias yang dijanjikan, yang datang untuk menebus seluruh umat manusia.

Kita tidak tahu apa yang terjadi dengan Matius setelah hari Pentakosta. Dalam bukunya, Book of Martyrs, John Foxe menulis bahwa Matius menghabiskan sisa hidupnya dengan menginjil di Partia dan Etiopia. Foxe mengatakan bahwa Matius mati sebagai martir di kota Nadabah pada tahun 60. Bagaimanapun juga, kita tidak tahu dari sumber manakah Foxe mendapat informasi ini (selain dari sumber-sumber Yunani abad pertengahan) dan kita tidak dapat menilai apakah informasi ini layak dipercaya.

(9) Filipus. 
Injil Yohanes adalah satu-satunya Injil yang memberikan informasi yang cukup rinci mengenai murid yang bernama Filipus. (Filipus ini janganlah dikelirukan dengan Filipus pemberita Injil - bdg. Kis. 21:8).

Yesus pertama kali bertemu dengan Filipus di Betania di seberang Sungai Yordan (Yoh. 1:28). Sangat menarik bahwa Yesus memanggil Filipus sendirian, sementara Ia memanggil sebagian besar murid-murid lainnya secara berpasangan. Filipus memperkenalkan Natanael kepada Yesus (Yoh. 1:45-51) dan Yesus juga memanggil Natanael (atau Natanael Bartolomeus) untuk menjadi murid-Nya.

Ketika 5000 orang berkumpul untuk mendengarkan Yesus, Filipus bertanya kepada Tuhan bagaimana mereka bisa memberi makan orang banyak itu. "Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja," katanya (Yoh. 6:70).

Pada kesempatan lain, sekumpulan orang Yunani datang kepada Filipus dan memintanya untuk memperkenalkan mereka kepada Yesus. Filipus dengan bantuan Andreas membawa orang-orang itu untuk bertemu dengan Yesus (Yoh. 12:20-22).

Sementara para murid makan perjamuan terakhir dengan Yesus, Filipus berkata, "Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami" (Yoh. 14:8). Yesus menjawab bahwa mereka sudah melihat Bapa di dalam diri-Nya.

Tiga kejadian ini merupakan semua informasi mengenai Filipus yang bisa kita dapatkan dari kitab-kitab Injil. Pihak gereja sendiri memelihara banyak tradisi tentang pelayanan terakhir dan kematiannya. Beberapa sumber mengatakan bahwa ia melayani di Prancis: sebagian lagi mengatakan ia melayani di Rusia Selatan, Asia Kecil, atau bahkan India. Pada tahun 194, Uskup Polikrates dari Antiokhia menulis bahwa "Filipus, salah seorang dari kedua belas rasul, meninggal di Hierapolis." Namun, kita tidak memiliki bukti yang kuat untuk mendukung pernyataan ini.

(10) Simon (Petrus)
Petrus. Murid yang bernama Simon Petrus adalah seseorang yang penuh dengan kekontrasan. Di Kaisarea Filipi, Yesus bertanya, "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" Segera Petrus menjawab, "Engkau adalah Mesias anak Allah yang hidup!" (Mat. 16:15-16). Tetapi tujuh ayat kemudian, kita membaca, "Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping, dan menegur Dia ... " Beralih dari satu tindakan ekstrem kepada tindakan ekstrem yang lain merupakan sifat khas Petrus

Ketika Yesus hendak membasuh kaki Petrus di Ruang Atas, murid yang emosional ini berseru, "Engkau tidak akan membasuh kakiku sampai selama-lamanya." Namun, ketika Yesus bersikeras, Petrus berkata, "Tuhan, jangan hanya kakiku saja, tetapi juga tangan dan kepalaku!" (Yoh. 13:8-9).

Pada malam terakhir mereka bersama-sama, Petrus berkata kepada Yesus, "Biarpun mereka semua tergoncang imannya, aku tidak" (Mrk. 14:29). Namun dalam beberapa jam saja, Petrus bukan saja menyangkal Yesus, tetapi bahkan mengutuk Dia (Mrk. 14:71).

Sifat gampang berubah pendirian dan sulit diduga ini, sering menyusahkan Simon Petrus. Namun Roh Kudus membentuknya menjadi seorang yang mantap, pemimpin yang dinamis dari gereja mula-mula, seorang yang "setegar batu karang" (Petrus berarti "batu karang") dalam segala hal.

Para penulis Perjanjian Baru menggunakan empat nama yang berbeda ketika mengacu kepada Petrus. Pertama adalah nama Ibrani Simeon (Kis. 15:14), yang kira-kira berarti "mendengar." Yang kedua adalah Simon, bentuk Yunani untuk Simeon. Yang ketiga adalah Kefas, bahasa Aram untuk "batu karang." Nama yang keempat adalah Petrus, bahasa Yunani untuk "batu karang"; para penulis Perjanjian Baru lebih sering menggunakan nama ini dibandingkan ketiga nama yang lain.

Ketika Yesus bertemu orang ini untuk pertama kalinya, Ia berkata, "Engkau Simon, anak Yohanes (Yunus), engkau akan dinamakan Kefas" (Yoh. 1:42). Yunus adalah nama Yunani, yang artinya "burung merpati" (bdg. Mat. 16:17; Yoh. 21:15-17). Beberapa versi baru menerjemahkannya sebagai "Yohanes."

Petrus dan saudaranya, Andreas, adalah nelayan di Danau Galilea (Mat. 4:18; Mrk. 1:16). Ia berbicara dengan aksen orang Galilea, dan kebiasaan-kebiasaannya yang aneh membuat orang mengenalinya sebagai seorang penduduk asli daerah perbatasan Galilea (bdg. Mrk. 14:70). Saudaranya, Andreas, yang membawanya kepada Yesus (Yoh. 1:40-42).

Ketika Yesus terpaku di kayu salib, Petrus kemungkinan berada bersama-sama dengan kelompok dari Galilea yang "berdiri jauh-jauh dan melihat semuanya itu" (Luk. 23:49). Dalam I Petrus 5:1, ia menulis, "Aku sebagai teman penatua, dan saksi penderitaan Kristus ... "

Simon Petrus selalu menempati urutan teratas dalam daftar para rasul dalam setiap kisah Injil. Hal ini memberi kesan bahwa para penulis Perjanjian Baru menganggap dia sebagai yang paling penting di antara Kedua belas murid. Ia tidak menulis sebanyak Yohanes atau Matius, tetapi ia muncul sebagai pemimpin yang paling berpengaruh di gereja yang mula-mula. Sekalipun ada 120 pengikut Yesus yang menerima pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta, Alkitab hanya mencatat perkataan Petrus (Kis. 2:14-40). Petruslah yang menyarankan agar para rasul segera mencari pengganti Yudas Iskariot (Kis. 1:22). Ia dan Yohanes adalah murid-murid pertama yang mengadakan mukjizat setelah hari Pentakosta, yaitu menyembuhkan seorang lumpuh di Gerbang Indah Kota Yerusalem (Kis. 3:1-11).

Kitab Kisah Para Rasul banyak menceritakan mengenai perjalanan-perjalanan Paulus, tetapi Petrus juga banyak melakukan perjalanan. Ia mengunjungi Antiokhia (Gal. 2:11), Korintus (I Kor. 1:12), dan mungkin juga Roma. Eusebius menyatakan bahwa Petrus disalibkan di Roma, kemungkinan pada masa pemerintahan Kaisar Nero.

Petrus merasa bebas untuk melayani orang-orang bukan Yahudi (bdg. Kis. 10), tetapi ia lebih dikenal sebagai rasul bagi orang Yahudi (bdg. Gal. 2:8). Sewaktu Paulus semakin giat dalam pelayanan gereja, dan orang-orang Yahudi semakin membenci kekristenan, Petrus berangsur hilang di latar belakang kisah Perjanjian Baru.

Gereja Katolik Roma merunut otoritas Paus sampai kepada Petrus, karena diduga bahwa Petrus adalah Uskup gereja di Roma ketika ia mati. Tradisi mengatakan bahwa Basilika St. Petrus di Roma dibangun di atas tempat Petrus dikuburkan. Penggalian-penggalian modern di bawah gereja kuno itu memperlihatkan sebuah kuburan kuno Romawi dan beberapa makam lainnya yang secara tergesa-gesa digunakan untuk menguburkan orang Kristen. Jika kita membaca kitab-kitab Injil dan bagian awal dari Kitab Kisah Para Rasul secara teliti, tampak kecenderungan untuk mendukung tradisi bahwa Petrus adalah tokoh utama gereja yang mula-mula. Tradisi bahwa Petrus merupakan tokoh pemimpin gereja rasuli mendapat dukungan kuat.

(11) Simon Orang Zelot. 
Matius dan Markus merujuk kepada seorang murid yang bernama "Simon orang Kanaan", sedangkan Lukas dan Kitab Kisah Para Rasul menyebutnya "Simon orang Zelot." Kedua nama tersebut mengacu kepada orang yang sama. Zelot berasal dari sebuah kata Yunani yang artinya "orang yang penuh semangat"; "Canaanite" (orang Kanaan) adalah sebuah transliterasi bahasa Inggris dari kata bahasa Aram kanna'ah, yang juga berarti "orang yang penuh semangat"; karena itu murid ini rupanya berasal dari sekte Yahudi yang dikenal sebagai orang-orang Zelot. (Baca "Orang Yahudi Dalam Zaman Perjanjian Baru").

Alkitab tidak menjelaskan kapan Simon orang Zelot diundang untuk bergabung bersama para rasul yang lain. Tradisi mengatakan bahwa Yesus memanggil dia pada saat yang sama ketika la memanggil Andreas dan Petrus, Yakobus dan Yohanes, Yudas Iskariot dan Tadeus (bdg. Mat. 4:18-22).

Kita mempunyai beberapa cerita yang saling bertentangan mengenai pelayanan kemudian dari orang ini. Gereja Kupti di Mesir mengatakan bahwa ia memberitakan Injil di Mesir, Afrika, Britania Raya, dan Persia; sumber-sumber lain zaman dulu mengatakan bahwa ia pernah melayani di kepulauan Britania, tetapi hal ini agak meragukan. Niceforus dari Konstantinopel menulis, "Simon, yang lahir di Kana, Galilea, yang ... juga disebut orang Zelot, setelah menerima Roh Kudus dari surga, mengadakan perjalanan ke seluruh Mesir dan Afrika, lalu ke Mauritania dan Libya, untuk memberitakan Injil. Dan ajaran yang sama juga ia beritakan di sekitar Laut Atlantik dan kepulauan yang disebut Britania Raya."

(12) Tomas. 
Injil Yohanes memberikan gambaran yang lebih lengkap mengenai murid yang bernama Tomas daripada gambaran yang kita terima dari Injil-Injil Sinoptik atau Kisah Para Rasul. Yohanes menceritakan bahwa Tomas juga disebut Didimus (Yoh. 11:16), yang berasal dari kata Yunani yang berarti "kembar", sama seperti bahasa Ibrani t'hom. Alkitab Vulgata Latin lebih senang menggunakan nama Didimus sebagai nama diri dan gaya ini diikuti oleh sebagian besar versi Alkitab dalam bahasa Inggris sampai abad ke-20. Versi RSV dan terjemahan terbaru lainnya menyebut dia "Tomas yang disebut si Kembar."

Kita tidak mengetahui siapa Tomas sebelumnya, juga kita tidak tahu tentang latar belakang keluarganya atau bagaimana ia dipanggil untuk bergabung bersama para rasul yang lain. Namun, kita tahu bahwa Tomas adalah salah seorang dari enam murid lain yang kembali pada perahu nelayan mereka yang lama setelah Yesus disalibkan (Yoh. 21:2-3). Hal ini menandakan bahwa mungkin ia pernah belajar menjadi nelayan ketika masih muda.

Pada suatu kesempatan, Yesus memberi tahu kepada murid-murid-Nya bahwa Ia bermaksud kembali ke Yudea. Murid-murid-Nya memperingatkan Dia untuk tidak pergi ke sana karena kebencian masyarakat Yudea kepada-Nya. Tetapi Tomas berkata; "Marilah kita pergi juga untuk mati bersama-sama dengan Dia" (Yoh. 11:16).

Namun para pembaca modern sering melupakan keberanian Tomas; ia lebih sering dikenang sebagai orang yang lemah dan peragu. Di Ruang Atas, Yesus berkata kepada para murid-Nya, "Dan ke mana Aku pergi, kamu tahu jalan ke situ." Tetapi Tomas menjawab, "Tuhan, kami tidak tahu ke mana Engkau pergi; jadi bagaimana kami tahu jalan ke situ?" (Yoh. 14:4-5). Setelah Yesus bangkit dari antara orang mati, Tomas mengatakan kepada teman-temannya, "Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-sekali aku tidak akan percaya" (Yoh. 20:25). Beberapa hari kemudian Yesus menampakkan diri kepada Tomas dan murid-murid yang lain untuk memberikan bukti fisik bahwa Ia hidup. Pada saat itu Tomas berseru, "Ya Tuhanku dan Allahku!" (Yoh. 20:28).

Para bapak Gereja mula-mula sangat menghargai contoh yang diberikan Tomas. Augustinus berkomentar, "Ia telah ragu-ragu supaya kita tidak ragu-ragu."

Tradisi mengatakan bahwa akhirnya Tomas menjadi misionaris di India. Konon ia mati sebagai martir di sana dan dikuburkan di Milapore, yang sekarang menjadi daerah pinggiran Kota Madras. Namanya terus dikenang oleh sebuah gereja yang bernama Marthoma, atau gereja "Guru Tomas."

(13) Pengganti Yudas. 
Setelah kematian Yudas Iskariot, Simon Petrus mengusulkan agar para rasul memilih seseorang untuk menggantikan pengkhianat itu. Petrus memberikan beberapa persyaratan tertentu yang harus dimiliki oleh rasul yang baru (bdg. Kis. 1:15-22). Calon rasul ini harus mengenal Yesus "mulai dari baptisan Yohanes sampai pada hari Yesus terangkat ke surga meninggalkan kami." Ia juga harus menjadi "saksi dengan kami tentang kebangkitan-Nya" (Kis. 1:22).

Para rasul menemukan dua orang yang memenuhi persyaratan-persyaratan tersebut; Yusuf yang juga dikenal sebagai Yustus, dan Matias (Kis. 1:23). Mereka kemudian membuang undi untuk menentukan pilihan, dan pilihan jatuh kepada Matias.

Nama Matias melupakan nama lain dalam bahasa Ibrani untuk Mattathias, yang berarti "pemberian Allah." Sayang sekali, Alkitab tidak menceritakan apa-apa mengenai pelayanan Matias. Eusebius berpendapat bahwa Matias mungkin melupakan salah seorang dari tujuh puluh orang yang diutus oleh Yesus untuk mengabarkan Injil (bdg. Luk. 10:1-6). Beberapa sumber lainnya mengidentifikasi dia sebagai Zakheus (bdg. Luk. 19:2-8). Sebuah tradisi mengatakan bahwa ia memberitakan Injil kepada orang-orang kanibal di Mesopotamia, tradisi lainnya mengatakan bahwa ia dilempari batu sampai mati oleh orang Yahudi. Bagaimanapun juga, kita tidak memiliki bukti yang cukup kuat untuk mendukung salah satu dari cerita ini.

Beberapa pakar menyebutkan bahwa Matias didiskualifikasi sebagai rasul, dan kemudian para rasul memilih Yakobus, saudara Yesus, untuk menggantikannya (bdg. Gal. 1:19; 2:9). Namun, tampaknya ada lebih dari 12 orang yang dipandang sebagai rasul dalam gereja yang mula-mula dan Alkitab tidak memberikan indikasi bahwa Matias telah meninggalkan kelompok rasul.