Kamis, 29 Desember 2011

Pekabaran Injil Secara Pribadi
PEKABARAN INJIL SECARA PRIBADI
(Oleh: Fajar Suryanto Baasyir )

Pengantar

Seringkali orang menganggap bahwa Pekabaran Injil (PI) hanya dapat dilakukan dalam bentuk massal, seperti dengan mengadakan kebaktian kebangunan rohani yang dilakukan di gereja besar, atau di stadion. Dengan demikian, hanya orang tertentu yang dapat melakukannya, yaitu orang yang memiliki karunia untuk berbicara di hadapan ratusan atau ribuan orang. Padahal, itu tidak benar. Dalam Alkitab kita juga mengenal adanya pekabaran Injil yang dilakukan secara pribadi. Dengan metode ini, tidak diperlukan karunia khusus, seperti adanya kemampuan untuk berbicara di hadapan ratusan atau ribuan orang. Yang diperlukan adalah kemauan dan keberanian untuk membagikan berita Injil. Setiap orang memiliki kemampuan untuk berbicara kepada perorangan. Karena itu, metode PI pribadi dapat dilakukan oleh setiap orang yang sungguh rindu untuk melakukannya. Yang menjadi pertanyaan adalah, mengapa melakukan pekabaran Injil? Bagaimana melakukan PI pribadi? Hal itulah yang akan kita bahas dalam buku kecil ini.


I. Motivasi Mengabarkan Injil

Ada satu pernyataan yang sangat menarik dan menantang saya, yaitu: “When the people know the why, they will know the how” (Jika orang-orang mengetahui mengapa melakukan sesuatu, maka mereka akan tahu bagaimana melakukannya). Karena itu, marilah kita melihat alasan mengapa mengabarkan Injil. Alkitab memberikan beberapa alasan penting mengapa kita harus mengabarkan Injil.

Pertama, karena kehendak Allah.
Allah menghendaki agar orang berdosa diselamatkan, karena itu, mereka harus mendengar berita Injil yang menyelamatkan mereka.

Kedua, karena takut akan murka Allah:

Rasul Paulus pernah menulis, “Kami tahu apa artinya takut akan Tuhan, karena itu kami berusaha meyakinkan orang…jadi kami adalah utusan2 Kristus…dalam nama Kristus kami meminta: berilah dirimu didamaikan dengan Allah” (2Kor.5:11;20).
Allah juga menyerukan melalui nabi Yehezkiel:

“Hai anak manusia, Aku telah menetapkan engkau menjadi penjaga kaum Israel. Bilamana engkau mendengarkan sesuatu dari padaKu, peringatkanlah mereka atas namaKu. Kalau Aku berfirman kepada orang jahat: Engkau pasti dihukum mati!-dan engkau tidak memperingatkan dia atau tidak berkata apa-apa untuk memperingatkan orang jahat itu dari hidupnya yang jahat, supaya ia tetap hidup, orang jahat itu akan mati akan kesalahannya, tetapi Aku akan menuntut pertanggungan jawab atas nyawanya dari padamu“ (Yehez.3:17-18).

Ketiga, karena amanat agung dan teladan Tuhan Yesus:
Dalam Injil Markus kita membaca, “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala mahluk” (Mark.16:15). Jika kita membaca dan mengamati seluruh Injil, maka kita akan melihat tentang Tuhan Yesus yang memberitakan Injil: Tentu kita akan sangat tertantang membaca pernyataan Tuhan Yesus di mana Dia menyimpulkan makna kedatanganNya ke dalam dunia dengan pernyataan berikut: “Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang” (Mrk.1:38).

Keempat, karena didorong oleh kasih Kristus.
Rasul Paulus menegaskan kebenaran ini ketika dia mengatakan, “Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati. Dan Kristus sudah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka. (2Kor.5:14-15).

Kelima, karena teladan rasul2.
Seluruh isi kitab Kisah Para Rasul mendemonstrasikan bagaimana para rasul meresponi perintah Tuhan Yesus untuk memberitakan Injil kepada seluruh mahluk.

Keenam, karena kasih kepada orang berdosa.
Salah satu ayat yang sangat terkenal dalam seluruh kitab suci bicara mengenai hal ini. Rasul Yohanes menulis, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh.3:16).

Ketujuh, karena hutang kepada orang berdosa.
Rasul Paulus menulis hal ini kepada jemaat di kota Roma, “Aku berhutang, baik kepada orang Yunani, maupun kepada orang bukan Yunani, baik kepada orang terpelajar, maupun kepada orang tidak terpelajar. Itulah sebabnya aku ingin untuk memberitakan Injil kepada kamu…”(Ro.1:14-15).

Kedelapan, karena sukacita dan mahkota.
Kepada jemaat di Tesalonika dia menulis, “Sebab siapakah pengharapan kami atau sukacita kami atau mahkota kemegahan kami di hadapan Yesus, Tuhan kita, pada waktu kedatanganNya, kalau bukan kamu? Sungguh, kamulah kemuliaan kami dan sukacita kami” (1Tes.2:19-20).

Kesembilan, karena maranata.
Rasul Petrus menulis:
“Jadi jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup, yaitu kamu yang menantikan dan mempercepat kedatangan hari Allah” (2Pet.3:11-12a).

II Dasar PI Pribadi

Barangkali ada yang bertanya, “Mengapa kita harus melakukan PI pribadi? Tidakkah sebaiknya kita mengupayakan PI massal? Dengan demikian, Injil dapat didengarkan oleh sejumlah orang sekaligus, tidak hanya oleh satu orang. Apakah dasarnya PI pribadi tersebut? Untuk itu, selain karena hal tsb di atas, marilah kita lihat beberapa dasar untuk melakukan PI pribadi di bawah ini.

Pertama adalah mengikuti teladan Tuhan Yesus:
Jika kita mengamati Alkitab Perjanjian Baru, maka kita menemukan bahwa separuh dari murid Tuhan Yesus diperoleh dengan PI pribadi.

Kedua, teladan Filipus: Kis.8: 26-40.
Pada bagian ini kita melihat bahwa setelah Filipus memberitakan Injil secara besar-besaran di kota Samaria (Kis.8:4-25), malaikat Tuhan memerintahkan Filipus untuk pergi ke tempat sunyi di sekitar Gaza. Untuk apa? Ternyata bukan untuk melakukan satu penginjilan besar-besaran lainnya, namun untuk memberitakan Injil ke pada seorang sida-sida dari Etiopia.

Ketiga, kita juga melihat pentingnya PI pribadi dari pernyataan hamba Tuhan, termasuk mereka yang justru memiliki karunia dalam memimpin KKR massal, seperti Spurgeon dan Moody. Pandangan mereka kita kutip di bawah ini:

C.H.Spurgeon: “Personal witness is the work that counts most”.
D.L. Moody: “The way to reach the masses is to reach them one by one”.
Dean Inge: “Preaching is like taking a bucket of water and throwing it over a number of open-necked bottles, whereas personal soul winning is taking each bottle to the tap and filling it”.
Stephen Olford: “Preaching is likened to shaking a tree to harvest the fruit. The fruit falls all right, but so often with resultant bruising and damage. Personal evangelism is like taking a ladder and climbing into the tree to reach and pick the fruit carefully and successfully.

Keuntungan PI Pribadi:

a. Dari segi psikologis: lebih mudah. Ada orang yang takut berbicara di hadapan kelompok yang agak besar, mereka ini langsung merasa “dag dig dug”, sehingga tidak tahu apa yang harus dilakukan dan katakan. Namun demikian, seringkali perasaan takut seperti ini seringkali tidak muncul jika yang dihadapi adalah satu orang saja.

b.Dari segi ekonomis: lebih murah. Kebaktian kebangunan rohani (KKR) dilakukan dalam jarak waktu yang cukup lama, misalnya sekali dalam 1-2 tahun. Mengapa? Banyak penyebabnya, salah satunya adalah masalah dana. Hal ini tidak diperlukan dalam PI pribadi. Karena itu, sesungguhnya PI pribadi dapat dilakukan sesering mungkin, tergantung kerinduan dan pimpinan Roh Kudus.

c. Dari segi politis: lebih memungkinkan.

dSelain dari masalah dana tersebut di atas, di beberapa tempat dan daerah tertentu, sungguh tidak mudah melaksanakan KKR dengan mengundang jemaat dalam jumlah besar. Seringkali untuk melaksanakan hal ini diperlukan pengurusan surat izin, yang kadangkala berakhir dengan kegagalan. Dalam kondisi seperti ini, PI pribadi menjadi jawaban yang sangat tepat, karena tidak ada orang atau peraturan yang dapat melarang orang melakukan PI Pribadi.


III Bagaimana melakukan Pekabaran Injil?

“No action talk only”, demikian bunyi sebuah pernyataan yang menyindir berbagai teori tanpa tindakan kongkrit. Karena itu, sekarang kita akan melihat bagaimana PI itu dapat dilaksanakan.
Ada tiga hal yang sangat penting untuk diketahui dalam pemberitaan Injil.

Pertama, mengenal kondisi orang yang akan diinjili.
Siapakah orang berdosa itu sesungguhnya? Menurut rasul Paulus dalam Efesus 2:1-3, kondisi manusia di luar Kristus adalah:

Pertama, mati secara rohani.
Karena kematian rohani inilah Alkitab menggambarkan manusia berdosa sebagai “BUTUTUL”. Maksudnya, buta, tuli dan tumpul.

Kedua, manusia ada dalam perbudakan dosa.
Gambaran manusia yang diperbudak oleh dosa sangat menonjol dalam surat-surat Paulus. Kepada jemaat di Roma dia menegaskan hal tersebut dengan mengatakan, “Sebab waktu kamu hamba dosa, kamu bebas dari kebenaran. Dan buah apakah yang kamu petik dari padanya? Semuanya itu menyebabkan kamu merasa malu sekarang, karena kesudahan semuanya itu adalah kematian”(Ro.6:20-21; baca juga 7:14,24).

Ketiga, manusia seharusnya dimurkai.
Sebagai akibat dari perbudakan dosa tersebut di atas, maka sangat wajar bila akhirnya manusia seharusnya berada dalam murka Allah. Rasul Paulus menandaskan kengerian akibat perbudakan dosa tersebut dengan mengatakan, “Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai sama seperti mereka yang lain” (Ef.2:3b, baca juga Ro.1:18-32; 2:4-5).


Kedua, mengenal berita yang harus disampaikan
Dari sekian banyak kebenaran dalam Alkitab, berita manakah yang harus disampaikan? Pekabaran Injil harus dibedakan dengan pengajaran. Yang pertama bertujuan untuk membawa orang berdosa untuk bertobat dan datang kepada Tuhan Yesus untuk menerima pengampunan dosa dan keselamatan serta hidup kekal (Yoh.3:16). Sedangkan yang kedua bertujuan untuk membawa petobat baru tersebut untuk bertumbuh semakin dewasa dalam imannya, dan menuju kedewasaan yang penuh (2Pet.3:18 dan Ef.4:13). Karena itu, dalam PI pribadi ini, kita perlu menyampaikan enam fakta yang sangat penting:

a.Semua orang berdosa (Ro.3:23).
b.Upah dosa adalah maut (Ro.6:23).
c.Kristus telah mati untuk membayar hukuman (Ro.3:25; 1Pet.3:18).
d.Harus menerima Kristus (Yoh.1:12).
e.Keselamatan adalah anugerah (Ef.2: 8).
f.Keyakinan keselamatan (1Yoh.5: 13; Ro.5:10)

Ketiga, mengenal metode yang harus disampaikan
Dari segi jumlah pendengarnya, maka umumnya pekabaran Injil dilakukan dalam tiga bentuk:

Pertama, dalam bentuk massal, seperti KKR. Hal ini dapat dilakukan secara berkala, misalnya pada saat penerimaan mahasiswa baru, retret, atau mengadakan KKR di kampus, atau gabungan beberapa kampus, bahkan mengadakan KKR untuk seluruh kalangan (umum).

Kedua, dalam bentuk kelompok. Hal ini dapat dilakukan melalui PIPA (Pekabaran Injil melalui Penelaahan Alkitab). Maksudnya orang yang akan diinjili dimasukkan dalam kelompok Penelaahan Alkitab, di mana dalam kelompok tersebut dipilih bahan yang melaluinya dapat dilakukan penginjilan.
Ketiga, dalam pendekatan pribadi; PI Pribadi. Kita akan membahas metode ini dalam satu bab khusus.

Metode pemberitaan Injil
Dari segi penyampaian, Stephen Olford memberikan 6 macam metode PI pribadi, yaitu:

1.The shock approach.
Metode ini digunakan bila kita tidak memiliki cukup banyak waktu untuk melakukan dialog bertahap dan berencana (Cth: Yoh.3). Karena itu, PI dilakukan secara tiba-tiba.

2.The gentle approach.
Metode ini sangat relevan dilakukan di kampus atau terhadap tetangga, atau teman se kantor. Dalam hal ini kita mendemonstrasikan buah2 Roh dalam kehidupan kita, yang melaluinya Allah dapat menterjemahkannya.

3.The conversational approach.
Metode ini memerlukan kemampuan berkomunikasi yang baik, serta wawasan yang luas. Dengan demikian, kita dapat bercakap-cakap dengan bebas dengan orang yang dilayani sambil memasukkan berita (fakta-fakta) Injil tersebut di atas.

4.The literature approach.
Kita bersyukur cukup banyak traktat diterbitkan yang bertujuan untuk PI. Sebagai contoh: Jalan menuju damai dengan Allah (Billy Graham), Empat hukum rohani (LPMI), dll. Dengan metode ini kita harus selalu membawa traktat tersebut yang siap untuk dibagi-bagikan kepada orang yang akan dilayani.

5.The aftermeeting approach.
Setelah kebaktian atau pertemuan2 di KKR atau seminar, kita dapat memperhatikan orang2 tertentu yang memerlukan pelayanan lanjutan. Sebagai contoh: Filipus melakukan PI kepada sida2 Etiopia pada Kis.8: 26-40.

6. The planned interview approach.
Kita dapat meminta pimpinan Tuhan kepada siapa kita melakukan PI pada hari atau minggu tertentu. Untuk itu, siapkanlah beberapa pertanyaan, atau cerita, kesaksian, yang dapat membawa orang tersebut kepada Kristus. Metode ini sangat baik dilakukan bila didampingi oleh seorang teman yang juga mampu melakukan PI. Dengan demikian, PI dapat dilakukan secara bersama, saling mendukung dan mendoakan.

Contoh PI pribadi menurut Yoh.4.

SELANJUTNYA DAPAT DIBACA LEBIH LENGKAP DI DALAM BUKU yang berjudul:
PEKABARAN INJIL SECARA PRIBADI” yang diterbitkan oleh Perkantas Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar