Senin, 02 Januari 2012

Dampak Kawin Campur

By: Ret | Hot News | 16 Desember 2011, 15:43:16 | Dibaca: 197 kali
Seminar kawin campurJakarta, BAHANAKawin campur bisa menimbulkan dampak terhadap emosi dan psikologis. Hal tersebut dipaparkan Ketua Program Pendidikan Konseling sekaligus Dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Krida Wacana, Stefanus Soejanto Sandjaja dalam seminar Kawin Campur di bilangan Jakarta Barat, Sabtu (15/10). Pada seminar tersebut hadir pula Konselor Pastoral Rev. Graham Roberts.
Sandjaja memaparkan kawin campur ditinjau dari tahap psikologis perkembangan perkawinan. Tahap-tahap tersebut antara lain, Pertama, tahap perkembangan perkawinan. Kedua, tahap pesona. Pada tahap ini cinta di antara pasangan masih meng gebebu-gebu dan berharap selalu bahagia. Ketiga, tahap realistis. Pada tahap ini romantisme mulai menurun. Perilaku perasaan dan sikap asli mulai muncul. Masalah riil pun mulai bermunculan. Pada tahap ini pasangan sudah menyadari ada perbedaan prinsip dan pandangan hidup. Tahap keempat yakni, tahap negoisasi. Pada tahap ini pasutri merasa terperosok dalam ikatan perkawinan. Suasana emosi pun berubah negatif. “Pasutri menghadapi tantangan tersulit dan butuh kerja keras untuk membangun relasi yang berkualitas,” ujar Sandjaja. Lalu tahap kelima adalah tahap integrasi. Pada tahap ini perbedaan pasutri mulai menuju pada harmoni dan mulai muncul rasa damai.
Tahap selanjutnya adalah tahap kasih sayang. Pada tahap ini pasutri sudah menyadari bahwa relasi antara perkawinan beda agama dengan relasi sosial secara umum. Tahap terakhir adalah tahap terpadu utuh. Pada tahap ini pasutri sudah menghayati kasih sayang sebagai realitas yang tidak berubah. Tetap ada konflik, namun dapat diselesaikan dengan damai sehingga kebersamaan dan kebutuhan dapat cepat tercipta kembali.
Sandjaja menegaskan, bagi pasutri yang memutuskan untuk menikah beda agama harus betul-betul harus memerhatikan keempat tahap tersebut, terutama pada realistis dan negoisasi. “Alkitab sudah memperingatkan tantangan perkawinan beda agama yang dapat menimbulkan distress,” tambahnya.
Sandjaja berpesan agar para konselor perkawinan fokus kepada dampakdampak kawin campur sehingga bisa mendapatkan jalan keluar yang terbaik bagi pasutri yang tengah mengalami masalah perkawinan.
Sumber: Majalah Bahana, Desember 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar